Quantcast
Channel: Riza Almanfaluthi
Viewing all 861 articles
Browse latest View live

LOG ENTRY: DAY 885

$
0
0


Masih seperti biasa. Azan Subuh berkumandang. Saya bangkit dari lelap. Mengambil air wudhu, memakai sarung, dan pergi ke meunasah yang jaraknya 300 meter dari rumah. Udara dingin karena baru selesai hujan. Jalanan sepi dan gelap.

Salat berjamaah dengan empat orang bapak-bapak. Lalu usainya, tak segera bergegas, merenung sebentar. Zikir dan kontemplasi atas banyaknya dosa yang senantiasa berulang. Sebagai manusia, dosa sungguh berjibun. Dosa yang sengaja atau tidak sengaja tercipta.

Berdoa banyak-banyak. Perlahan dan menjelma pengemis yang sesungguhnya. Menghiba kepada Sang Maha Berkehendak. Ia Maha Tahu atas segala sesuatu yang tersembunyi di dalam hati, karenanya ini adalah saat terbaik untuk berucap mesra dengan-Nya.

Setelah itu kembali ke mes dan mengambil mushaf besar di atas lemari setinggi 50 cm. Membaca cukup setengah juz untuk pagi ini. Kemudian mengisi Ahad pagi dengan lari sejauh 10 km. Dengan kecepatan lambat yang saya sengaja.

Setelah itu minum whey, lalu sarapan dengan dua lembar roti tawar ditambah sarden, dan memperbanyak minum air putih. Apa lagi? Baca-baca buku yang seringkali tidak tuntas saya baca habis. Setelah itu blank.

Masih memandang langit-langit kamar memikirkan sesuatu. Memikirkan banyak hal. Memikirkan tentang tawaran menulis di dua tempat yang belum saya penuhi. Dua tema berbeda. Tema tentang pengasuhan anak dan tema tentang pajak.

Kurang modalnya. Kurang baca buku. Jadinya begitu. Buku-buku sudah saya pindahkan ke Citayam semua sejak bulan Oktober tahun lalu ketika genap dua tahun di Tapaktuan. Ternyata masih lama keberadaan saya di sini. Efeknya adalah ketiadaan referensi. Kosong.

Barangkali saya perlu mengganti kata “paint” dengan “ink” untuk mengisi kekosongan itu dalam sebuah kalimat yang ditulis oleh Kimberly Novosel, “I decided I would fill the emptiness in me with God and with paint.”

Membaca dengan menggenggam fisik buku lebih saya sukai daripada membaca layar komputer.

Di hari 885 ini, masih harus memupuk semangat, memotivasi diri, bersabar, berpikir positif, dan menjadi manfaat buat orang lain saat argo ini terus berjalan. Ini seperti Mark Watney saat terdampar di Mars. Ia ditinggal oleh tim Ares 3 karena dianggap telah tewas saat badai Mars menerjang Hab (tenda pangkalan).

Cerita Mark Watney ini saya baca di buku yang ditulis oleh Andy Weir berjudul The Martian: Si Penghuni Mars. Buku Andy yang keluar di tahun 2011 dan cetak ulang di tahun 2014, kemudian difilmkan dan dirilis September 2015, dan buku terjemahannya baru ada di Januari 2016.

Novelnya sudah saya baca habis, sudah saya bikin resensinya, dan sudah saya kirim ke media internal Kementerian Keuangan, entah dimuat atau tidak. Setelah itu sudah saya tonton filmnya di internet. Matt Damon memerankan Mark Watney. Bukunya lebih bagus daripada filmnya.

Hari 885, belum juga ada tanda-tanda Ares 4 menjemput saya di sini. Houston sepertinya sibuk sendiri dengan urusannya. Entah apa saja yang mereka kerjakan di sana. Padahal gaji sudah besar dan dekat dengan bumi tempat ia dilahirkan. Tak ada urusan keluarga yang mereka pikirkan. Berkeping-keping hati mereka seharusnya penuh dengan endorphin karena dekat dengan keluarga.

Tapi janji tinggallah janji. Aturan memang seringkali dibuat untuk dilanggar. Dibuat dilanggar. Dibuat dilanggar. Dibuat dilanggar. Sepertinya saya memang harus “survival”. Mengendarai MAV—Mars Ascent Vehicle—untuk bisa ke orbit Mars agar dapat dijemput. Yang penting tidak gila dan tidak ikut-ikutan gila.

Houston, di sini sedang hujan saat menuliskan kata “gila”. Saya ambil sekeping biskuit dan memakannya. Sebuah sumber kalori yang bagus buat tubuh. Logistik aman sampai hari-hari ke depannya. Tinggal kekuatan mental. Sudah keping kelima biskuit yang saya makan sampai menulis di paragraf ini.

Saya suka buku dan film bertemakan Sci-fi. Tiga hari ini saya sudah habis tonton ulang Alien, Aliens, Alien 3, Alien Resurrection, Alien VS Predator, Alien VS Predator: Requiem , dan Prometheus. Semua ada benang merahnya. Barangkali Mark melakukan hal yang sama, dia menonton semua film jadul dan musik disko milik komandan ekspedisi gagal ini: Lewis, yang tertinggal di Hab.

Houston, this day 885.
Time is over. Mayday…mayday…mayday.

Sinyal itu semakin lemah berkedip dilihat dari layar besar di ruang kontrol Houston. Semua terdiam sambil mengelus-elus perut buncit mereka. Sambil berkata di dalam hati: “Untung bukan gue yang di Mars.”

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

20 Maret 2016

Rihlah Riza #70

Houston, Texas adalah Markas Nasa.

Gambar dari: http://wfiles.brothersoft.com/


Filed under: CATATAN SENIN KAMIS, Rihlah Riza Tagged: Alien, Alien 3, Alien Resurrection, Alien VS Predator, Alien VS Predator: Requiem, Aliens, Andy Weir, ares 3, Ares 4, endorphin, Hab, Houston, Kimberly Novosel, Lewis, Mark Watney, markas nasa, Mars Ascent Vehicle, Matt Damon, MAV, Prometheus, rihlah riza, rihlah riza #70, The Martian: Si Penghuni Mars

5 Kunci Utama Selesaikan Pertengkaran di Antara Anak-anak

$
0
0


Pernah melihat anak kita bertengkar dengan saudara atau temannya? Pernah mendengar keluhan anak kita karena dipukul oleh temannya? Atau melihat kelakuan anak kita yang sok jago karena berhasil menjatuhkan kawannya dengan satu kali pukulan?

Pertengkaran di antara anak-anak itu adalah hal yang lumrah namun yang perlu disadari oleh orang tua adalah naluri perdamaian anak-anak lebih besar daripada naluri permusuhannya. Terutama anak-anak usia pra-sekolah tidak memiliki naluri untuk menyimpan dendam. Mereka mudah melupakan pertengkarannya.

Dengan demikian jangan sampai ketika anak-anak sudah berdamai namun orang tua mereka masih bermusuhan dengan ‘musuh’ anaknya.

Pertengkaran pun akan menjadi semakin berlarut-larut jika orang tua ataupun pendidik salah dalam menyikapinya. Bahkan akan menghilangkan naluri perdamaian anak-anak jika orang tua malah memanas-manasi. Jangan sampai naluri hebat itu hilang karena kita salah asuh dan salah didik terhadap mereka.

Berikut 5 hal yang menjadi kunci utama dalam menyelesaikan pertengkaran di antara anak-anak. Diambil dari buku Mendidik Anak dengan Cinta yang ditulis oleh Irawati Istadi.

  • 1. Tidak mencari siapa yang salah

Karakter dasar anak-anak itu mempertahankan diri dan sulit mengakui kesalahannya. Menganggap dirinya paling benar dan nomor satu. Kalau terjadi perselisihan selalu melempar kesalahan kepada temannya.

Kalau menghadapi hal seperti itu sebagai orang tua harus bertanya kepada pihak ketiga. Bisa juga langsung bertanya kepada sang anak tetapi tidak langsung pada saat usai pertengkaran melainkan dalam kondisi yang tenang dan gembira.

  • 2. Tidak membela atau menyalahkan

Pembelaan akan merusak harga diri anak. Buat yang dibela akan menjadi sombong, sementara yang disalahkan akan jatuh harga dirinya. Akhirnya memungkinkan akan terjadi pertengkaran kembali. Yang satu ingin dimenangkan dan yang lain ingin balas dendam. Akan lebih parah jika orang tua tidak tahu kejadian yang sebenarnya dan hanya mendengar penuturan dari anak-anak saja.

  • 3. Motivasi untuk saling memaafkan

 Seperti yang telah diuraikan di atas naluri perdamaian itu adalah naluri dasar anak-anak. Ini perlu dipupuk terus agar jangan sampai hilang. Caranya dengan selalu memberikan motivasi kepada anak-anak.

Kepada anak yang sedang berada di atas angin berilah motivasi bahwa memaafkan itu lebih baik daripada terus memelihara dendam. Contohnya seperti ini, “Adi, kaki Iwan terluka karena kamu jatuhkan. Kasihan dia. Lebih baik kamu maafkan saja temanmu itu. Iwan mungkin belum tahu, kalau mengambil barang orang itu tidak boleh. Dia belum sepintar kamu. Nah, kau yang lebih pintar, maafkan saja kesalahan Iwan, agar kamu dapat pahala dari Allah.”

Kepada anak yang menjadi korban dan dalam posisi kalah, bisa diberi motivasi dengan cara membesarkan hatinya dan mengalihkan perhatiannya kepada hal yang lain. Jika mereka benar tapi tidak punya kuasa untuk melawan maka beri motivasi untuk bersabar. Katakan saja, “Allah tidak tidur. Biarlah kesalahan temanmu itu dibalas sendiri oleh Allah di akhirat.”

Orang tua jangan pernah untuk memanas-manasi anaknya karena hal ini malah akan memupuk permusuhan dan dendam.

Pantang buat orang tua menunjukkan kesalahan dan kejelekan teman di hadapan anak. Tutupi saja keburukan teman anak sehingga tidak mendidik anak dengan menilai keburukan temannya.

  • 4. Tidak perlu lari dari permasalahan

 Memindahkan anak dari sekolah karena anak mendapatkan perlakuan kenakalan temannya itu sama saja dengan lari dari permasalahan. Yang harus dihindari bukan permasalahnnya karena perselisihan antar anak adalah hal yang wajar. Untuk menjadi dewasa anak perlu untuk berebut, bertengkar, dan perlu sesekali menjadi korban yang tak berdaya. Yang harus diupayakan adalah jalan keluar.

  • 5. Menerima dengan lapang dada

Butuh kesabaran dan ketahanan mental tersendiri bagi orang tua untuk melihat pertengkaran yang terjadi di antara anak. Kesabaran dan kelapangan dada sangat dibutuhkan agar orang tua tidak timbul keinginan untuk campur tangan ke dalam pertengkaran itu.

Beri kesempatan anak menyelesaikan permasalahannya sendiri dengan dibantu motivasi dari orang tua. Dan yang terakhir, jaga perasaan dengan orang tua teman anak tersebut. Jangan sampai antar orang tua pun ikut bermusuhan.

Selamat belajar, selamat mendidik, dan selamat menjadi orang tua. Semoga bermanfaat.

***

Riza Almanfaluthi

25 Maret 2016

Tulisan ini dibuat untuk ayolebihbaik.com

http://www.ayolebihbaik.com/5-kunci-utama-selesaikan-pertengkaran-di-antara-anak-anak/


Filed under: Keluarga Tagged: 5 Kunci Utama Selesaikan Pertengkaran di Antara Anak-anak, Irawati Istadi, Mendidik Anak dengan Cinta, parenting, perkelahian anak-anak., pertengkaran anak anak

Change Doesn’t Happen Overnight

$
0
0


Di sebuah penjara. Di sebuah sel berukuran 2×3 meter persegi. Dengan cahaya yang masuk dari sela-sela jeruji pintu sel yang kokoh. Seseorang laki-laki berotot dan bermandikan keringat sedang mengolah fisiknya sedemikian rupa. Ada pushup, situp, pullup yang dilakukan dengan banyak repetisi. Sampai kemudian pintu sel itu berderak karena kuncinya yang terbuka. Brak!!!

“Ayo keluar. Kamu bebas!” kata sipir bermuka codet. Orang itu sesaat berhenti dan menengok, “It’s time to go home.”

**

Masih ada yang bertanya kepada saya. Apakah saya masih menjalani Freeletics sampai saat ini? Tentunya saya jawab “Ya”. Alhamdulillah sampai dengan tulisan ini dibuat saya masih menekuni Freeletics dengan konsisten.

Lima hari dalam seminggu dengan fokus Strength. Empat hari dengan latihan terprogram yang diberikan Freeletics.com, satu hari dengan program lari 10K, dan dua hari “rest day”. Mereka bilang begini, “For most athletes 4 training days a week is the ideal balance between training intensity and recovery. When you select more or less training days, your Coach will adjust training volume and intensity optimally in order to maximize your training stimulus.”

Saat ini saya berada di level 57 dengan jumlah workout yang
telah saya lakukan sebanyak 643 workout. Kalau dihitung-hitung dari sejak pertama kali Freeletics maka saya sudah berada di bulan ke-17. Insya Allah beberapa bulan lagi saya akan genap dua tahun di Freeletics.

Sekarang saya berlatih dengan Coach. Masih gratisan. Sudah minggu ke-14 menu Coach gratisan itu. Awal Mei 2016, gratisan itu akan berakhir, dan insya Allah saya akan memutuskan untuk membeli program latihan pakai Coach ini. Karena hasilnya signifikan dan efektif menurut saya.

Dan saya menemukan bedanya Freeletics Coach dengan Freeletics tanpa Coach.

  • 1. Variatif

Six pack? Sudah saya bilang kalau hal itu efek samping dari kekonsistenan kita. Sehat itu yang utama. Tapi yang membedakan Freeletics Coach itu adalah seperti Forest Gump yang pernah bilang begini saat duduk di atas sebuah bangku taman: My Momma always said, “Life was like a box chocholates. You never know what you’re gonna get.”

Di Freeletics dengan Coach saya tak pernah tahu menu latihan untuk minggu depannya sebelum saya menyelesaikan semua latihan dalam minggu berjalan ini. Dan ini menurut saya mengejutkan. Ini membuat variasi dalam latihan sehingga tidak membosankan. Beda sekali dengan latihan tanpa Coach yang memakai menu lama pdf itu. Pun, kalau kita mengarang-ngarang atau meracik menu latihan kita sendiri.

Jadi saya akan selalu bertanya-tanya, “Minggu depan apa lagi yah?”

  • 2. Feedback

Setiap kali saya mengakhiri workout akan ada sebuah pertanyaan yang diajukan oleh Coach. Apakah itu easy, moderate, exhausting, very exhausting, dan maximum. Ketika kita sudah menjawabnya, maka akan ada pertanyaan pilihan lagi, “It was ok”, “I can do even more”, atau “It was too much”.

Feedback akan dikumpulkan dalam seminggu latihan itu dan akan menjadi basis pemberian menu latihan di minggu depannya. Alhamdulillaah selama ini saya selalu pencet tombol “moderate” dan “it was ok”. Kecuali hanya satu kali saja ketika saya pencet tombol “maximum” ketika latihan 2x Nyx.

Belum pernah saya pilih “I can do even more”. Masih berasa nanti latihannya akan ditambah. Hehehe…Yang ini saja sudah banyak dan melelahkan menurut saya. Jadi cukup yang tengah-tengah saja.

  • 3. Advanced Skills

Di Freeletics Coach ini ada keahlian yang menjadi fokus dan bisa dipilih oleh Free Athlete. Yaitu Pullups, Strict HS Pushups, OH Pushups, Toes To Bar, Pistols, Muscleups. Bisa juga sih tidak memilih advanced skills ini. Tapi saya mengambil dua fokus dari enam skil yaitu Pullups dan Toes To Bar.

Makanya di setiap minggu itu dalam menu Freeletics Coach saya akan ada ramuan menu itu. Diselipkan menu-menu latihan yang akan meningkatkan kemampuan saya di pullups dan toes to bar.

040416_0024_ChangeDoesn2.png

Kita bisa mengubah fokus advanced skills kita setiap minggunya. Sampai saat ini saya belum berani mencoba advanced skills lainnya.

  • 4. Warmup/Stretching

Dulu waktu pertama kali mengenal Freeletics sampai saya menjelang mendapatkan Freeletics Coach itu saya tak pernah pemanasan dulu. Maksudnya tidak melakukan pemanasan Warmup atau Stretching a la Freeletics. Karena saya menganggap pemanasan a la Freeletics itu hanya buang-buang waktu dan tidak ada gunanya. Itu hanya akan membuat kalori saya yang saya siapkan untuk latihan akan terkuras dulu hanya untuk pemanasan. Walaupun pada dasarnya saya tetap pemanasan dengan pemanasan yang saya karang sendiri dan saya ingat sejak SD.

Tapi sejak diberi gratisan itu saya mencoba menghapal gerakan Dynamic Warmup dan Static Stretching Freeletics setiap memulai dan mengakhiri workout. Bahkan dengan edisi Pro-nya pun saya lakukan. Dan ternyata menurut saya ini worth it banget.

Warming up cleverly can even boost your performance during your Freeletics trainings significantly! In the long term, Static Stretching Pro will increase your ability to go through full range of motion as well as improve your balance which will make you more athletic eventually. Itu yang mereka janjikan.

Ya betul. Ini menambah performa saya dalam latihan. Oleh karenanya keringat saya begitu membanjir setiap kali habis latihan. Seperti habis mandi. Beda sekali waktu sebelum pakai Coach atau pakai menu latihan pdf itu. Dan saya merasa nyaman. Swear.

  • 5. Bisa Displit

Di Freeletics Coach ini umur Free Athlete juga menentukan dalam pemberian menu yang tidak ada kalau tidak pakai Coach. Contohnya 3/5 Nemesis Strength, 4/6 Kentaurus Strength, 2/3 Dione Strength, atau 5/6 Kentauros Standard. Sok, coba aja dicek di aplikasi, ada tidak pilihan volume 3/5 atau 4/6 itu. Yang ada pasti cuma x1, x2, atau x3.

Maksud dari angka-angka pecahan itu, misal 3/5, adalah kita melakukan workout dari ronde ke-1 sampai dengan ronde ke-3 dari total keseluruhan ronde sebanyak 5 ronde.

Itu saja kali yang membedakan Freeletics pakai Coach dengan tidak pakai Coach. Omong-omong, ada sebuah jet lag yang saya rasakan selama ini. Dulu, belasan tahun saya tak pernah olah raga dan membencinya. Sekarang, saya rajin dan mendisplinkan diri untuk olah raga di setiap harinya. Semoga saya bisa tetap menjaga diri dan berkomitmen untuk tetap olah raga.

Oh ya, makan tetap dijaga. Sampai detik ini filosofi eat clean Freeletics yang saya dapatkan adalah makan semua yang bermanfaat buat tubuh tanpa berlebihan. Kita pasti tahu mana yang bermanfaat buat tubuh dan mana yang tidak.

Saya tetap menjauhi nasi dan gula. Sarapan, makan siang, atau pun makan malam tidak pakai nasi. Saya menggantinya dengan sumber karbohidrat yang lain. Tidak minum teh manis atau kopi manis. Waktu tidur juga harus dipenuhi. Tidak perlu begadang. Sarapan itu wajib. Minum air putih yang banyak.

Percayalah, it works. Sebuah kalimat dari J.M. Darhower dalam buku Monster in His Eyes melintas di kepala, “Change doesn’t happen overnight. There’s no button that’s pushed to magically alter everything. Change happens little by little. Day by day. Hour by hour.” Itulah Freeletics.

**

Di suatu coffee break dalam sebuah pertemuan besar yang menghadirkan Kepala Seksi Penagihan dan Jurusita seluruh Sumatra (kecuali Bengkulu dan Lampung) di Banda Aceh. Saya menghampiri seorang wanita paruh baya. Setelah mengucapkan salam saya menyampaikan maksud saya, “Bu, ada titipan oleh-oleh kopi dari teman saya untuk teman-teman di kantor Ibu. Titip ya Bu.”

“Oh ya terima kasih. Dari siapa?” tanyanya. Saya menyebut nama teman kantor saya.

“Nah Mas siapa? tanyanya lagi.

“Saya Riza Bu.” Sambil menyodorkan name tag saya.

“Jurusita?” tanya ibu itu lagi.

“Saya kepala seksinya Bu.”

Ibu itu terkejut sambil berkata, “Oh kepala seksi.”

Kawan ibu yang berdiri di sebelahnya pun terkejut, “Masih muda gitu soalnya.”

Saya tersenyum saja. Tiba-tiba saya menjelma menjadi orang di awal tulisan ini sambil berkata, “It’s time to go home. I am Free Man.”

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

3 April 2016





Filed under: freeletics Tagged: 2/3 Dione Strength, 2x Nyx, 3/5 Nemesis Strength, 4/6 Kentaurus Strength, 5/6 Kentauros Standard, Advanced Skills Freeletics, bedanya freeletics pakai coach dengan tidak pakai coach, different between freeletics coach and freeletics uncoach, Dynamic Warmup Freeletics, Dynamic Warmup Pro Freeletics, easy, eat clean, eat clean Freeletics, exhausting, Feedback freeletics, Forest Gump, free athlete, FREELETICS, freeletics coach, Freeletics Uncoach, Freeletics.com, I can do even more, It was ok, It was too much, J.M. Darhower, maximum, moderate, Monster in His Eyes, Muscleups, OH Pushups, pemanasan freeletics, Pistols, pullups, Static Stretching Freeletics, Static Stretching Pro Freeletics, Strict HS Pushups, Toes To Bar, very exhausting, Warmup Stretching a la Freeletics

seribu candi maaf yang aku bangun dengan ribuan siluman derai air mata

$
0
0


cobalah untuk mengerti
ketika segenggam cerita kau taburkan di pusara kesunyian
yang ada malam seperti di siang hari raya
atau serupa anak-anak kegirangan dengan kembang gula di mulutnya
ah kalau kau tak berketentuan
ini laksana aku bentangkan tangan di puncak kanchenjunga
sampai di spasi ini pun aku kehausan
dan kutenggak sebotol air putih
menenangkan kerongkongan
lalu aku teruskan membuat segumpalan puisi
yang masih tak percaya
hatimu menjelma dresden 71 tahun lalu

cobalah untuk mengerti
kelap-kelip lampu jalanan sepanjang lanteumen hingga mata ie
yang aku terabas dengan becak motor butut
dari seorang tua yang sudah tinggal di kota ini lima dasawarsa lalu
cuma mengisyaratkan kepadamu
kalau lelah sudah mengalah
kalau malam sudah menggelar tilam
kalau rinai sudah memperlihatkan taringnya
izinkan aku untuk mengajari kelopak mata
bagaimana cara terbaik menyelubungi
mata dan semua ingatan tentangmu

cobalah untuk mengerti
huruf-huruf yang kau pintal menjadi kata-kata
cuma sekadar cakap besar nyanyian para pengamen
yang masuk silih berganti ke warung mi razali
aku bergeming masih menikmati mi goreng cumi-cumi basah
sambil uluk kata maaf, maaf, dan maaf
lalu menjelang fajar kau terkaget-kaget
seribu candi maaf yang aku bangun dengan ribuan siluman derai air mata
nyaris berdiri tegak di hadapan manekin keangkuhanmu
kalau saja dayang-dayang kenangan tak segera kau bangunkan

cobalah untuk mengerti
waktu sudah sedari tadi duduk di sampingku
sambil memijat-mijat punggung
mengusir letih yang menjadi kutu di rambut
mencabik-cabik kantung mata yang hinggap di wajah
sambil berbisik, “tidurlah. sudah dini hari.”
dia masih tak percaya padaku, balasku.
makanya aku biarkan jari-jariku ini
bukan untuk membuat perkamen, tapi prasasti
titik koma
a sampai z
kiri ke kanan
membiarkannya kehujanan lalu membatu
agar zaman bergulung-gulung lewat menjadi tahu
kalau senyummu itu senja firdaus yang tercecer di bumi
oooo, kaukah arca terakhir itu?

***

riza almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
banda aceh, 7 april 2016

foto dari skyhdwallpaper.com


Filed under: Poem Tagged: dresden, kanchenjunga, loro jonggrang, Poem, Poetry, Puisi, sajak, Syair

Ini Soal Bertengkar dengan Istri, Pergilah ke Tempat Ini.

$
0
0

image

Di suatu hari saya pulang ke rumah dalam keadaan letih dan penuh beban. Saya membuka pintu ketika tiba-tiba istri saya menunggu penuh tanda marah dan emosi.

Dia langsung menjejali saya dengan berbagai pertanyaan. Saya tidak bisa menguasai diri, lalu menghadapinya dengan emosi dan marah yang sama.

Malam sudah larut, sementara debat dan marah terus berlanjut sampai menjelang Subuh. (Lama kaliiiiii…). Akhirnya, istri saya mengambil inisiatif meninggalkan rumah dan pergi ke rumah orang tuanya. (Ini seperti lagu jadul. Lagu tahun 90an. Sepertinya lagu Betharia Sonata. Pulangkan saja aku pada ibuku.)

Saya berusaha mengurungkan tekadnya, tapi tidak berhasil, dia masuk kamar kami, mempersiapkan tasnya untuk bergegas pergi.

Saya meninggalkannya dan keluar dari rumah tanpa tahu ke mana harus pergi, saya sangat emosional dan marah.

Di samping rumah saya terdapat sebuah masjid, dan azan sebentar lagi dikumandangkan. Saya masuk masjid, berwudu, dan salat dua rakaat. Tak lama kemudian adan Shubuh dikumandangkan, saya pun salat Subuh berjamaah.

Saya diam di masjid, beristighfar kepada Allah swt, dan keadaan itu terus berlangsung kurang lebih satu jam. Lalu saya bangkit pulang ke rumah dan membuka pintu ketika tiba-tiba istri saya duduk menunggu saya dengan senyum.

Saya mengucapkan salam dan bertanya, “Kamu masih berkeras hati ingin pergi?” (Ini mending pakai “kamu”, biasanya “situ”).

Dia berkata, “Tidak. Saya menyesal atas apa yang telah saya perbuat.”

Saya bergumam, “Ini aneh, apa yang terjadi?” Kemudian saya bertanya tentang rahasia dibalik perubahan ini.

Dia menjelaskan, “Demi Allah, saya tidak tahu… akan tetapi sejak satu jam yang lalu jiwa saya menjadi tenang, dan saya sadar kalau saya salah lalu Allah menunjuki saya.”

Saya teringat waktu itu adalah bertepatan dengan waktu saya duduk beristighfar kepada Allah. Lalu saya ingat sabda Nabi saw: “Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan  untuknya kelapangan dari setiap kesedihan, dan jalan keluar dari setiap kesempitan, dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak disangka.”

Ucapan Rasulullah saw itu benar.

**

Cerita di atas adalah cerita nyata dalam buku Keajaiban Sedekah dan Istighfar yang ditulis oleh Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam.

Kalau kita tarik benang merahnya sampai molor, peras intinya jadi santan, babat habis rumput sampai ke akar-akarnya (ini apalagi coba) maka:

1. Marahan sama istri mah wajar kali yah. Tapi ya tak usah lama-lama;

2. Kalau lagi marah ya jangan pergi ke diskotik dan tempat hiburan malam (nanti kena pajak, halah…). Khawatir ketemu NM, PR, ET, DN, MS, YR, STP, SKP, SPMKP,  dll. malah tambah keblangsak. (Jangan tanya saya inisial itu saya ngasal aja soalnya. Kalau tiga inisial terakhir semua orang pajak tahu. Hehehe…)

3. Kalau lagi marahan sama istri pergilah ke masjid. Supaya dapat “enlightment” gitulah.

4. Di sana bukan buat tidur, tapi zikir yang banyak (tidur juga kagak napa ding daripada ke diskotique.) Terutama istighfar diperbanyak. Minta ampun sama Allah. Sudah pasti kita mah banyak dosa. Istighfar itu tanda kita ini lemah dan takluk tak berdaya dengan kebesaran Allah. Tanda sombong dan ego kita sudah dititiknadirkan ke titik terbawah.

5. Obat galau ya perbanyak istighfar. Lagi sedih ya perbanyak istighfar.

6. Obat utang ya istighfar, tunggu keajaibannya dalam soal ini. Yakin.

7. Lagi kesempitan ya perbanyak istighfar.

Astaghfirullaahal ‘adziim 100x.

Semoga manfaat.

***
Kawanmu:
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
15 Desember 2015
Diedit di atas ketinggian 40.000 kaki.


Filed under: CATATAN SENIN KAMIS, Kisah Sederhana, Motivasi Tagged: Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam, istighfar, keajaiban istighfar, keajaiban sedekah dan istighfar, marahan sama istri, obat marah, obat utang

2015 in review

Ditjen Pajak Perluas Layanan Mini ATM di 250 KPP

$
0
0


Setelah sukses meluncurkan fasilitas pembayaran pajak melalui Mini ATM di 15 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) uji coba, maka sejak Akhir Februari 2016 lalu Ditjen Pajak telah memperluas layanan Mini ATM di 250 KPP, mulai dari KPP Pratama Banda Aceh sampai KPP Pratama Manokwari.


Tidak hanya itu, selain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, telah ditunjuk pula PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai Bank Persepsi yang menyediakan Mini ATM di kantor-kantor pajak.


Mini ATM merupakan alternatif pembayaran pajak yang disediakan oleh Ditjen Pajak selain melalui teller bank/kantor pos persepsi, internet banking, dan ATM.  Layanan ini tentunya sangat memudahkan dan memperbanyak akses Wajib Pajak dalam membayar pajak.

Setelah Wajib Pajak mendapatkan kode Billing, Wajib Pajak yang sedang berada di KPP tidak perlu lagi keluar KPP menuju ATM atau bank/kantor pos  persepsi untuk membayar pajak, Wajib Pajak cukup menggesek kartu debit ke Mini ATM berupa mesin Electronic Data Capture (EDC) yang memiliki menu khusus untuk pembayaran pajak secara elektronik.

Wajib Pajak akan mendapatkan struk pembayaran dari mesin Mini ATM tersebut yang diakui sebagai Bukti Penerimaan Negara dan dipersamakan kedudukannya dengan Surat Setoran Pajak.

Tentunya pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak melalu Mini ATM ini langsung masuk dan tercatat dalam sistem Modul Penerimaan Negara Generasi Dua (MPN-G2).

Ke depannya, Ditjen Pajak senantiasa berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan dengan menyediakan Mini ATM di KPP seluruh Indonesia. [Riza Almanfaluthi]

 

Sumber berita:

http://www.pajak.go.id/content/news/ditjen-pajak-perluas-layanan-mini-atm-di-250-kpp

Sumber gambar: lipsus.kompas.com

 


Filed under: Berita Tagged: bayar pajak di atm, edc, electronic data capture, mini atm, modul penerimaan negara generasi dua, mpn g2

Spotlight, Kill The Messenger, dan Panama Papers

$
0
0

 

Dalam seminggu terakhir saya menemukan tiga nama: Spotlight, Kill the Messenger, dan Panama Papers. Dua nama pertama adalah judul film yang diangkat berdasarkan kisah nyata. Sedangkan Panama Papers adalah kumpulan jutaan dokumen yang dibuat oleh perusahaan asal Panama: Mossack Fonseca.

Kesamaan dari ketiganya adalah mereka buah dari kerja investigasi yang dilakukan oleh wartawan. Spotlight mengungkap kasus pelecehan seksual (pedofilia)yang dilakukan bertahun-tahun lamanya oleh oknum pastur dan biarawan. Sayangnya ini didiamkan oleh pemimpin tertinggi Keuskupan Boston saat itu, Kardinal Law. Wartawan The Boston Globe dengan tim dari meja investigasi bernama Spotlight membongkarnya.  Ini terjadi di tahun 2001.

Spotlight merupakan film yang berhasil meraih penghargaan sebagai film terbaik di ajang Oscar ke-88 akhir Januari 2016. Koran Vatikan menyebut film ini “not an anti-Catholic film” dan Radio Vatikan merekomendasikan film ini untuk ditonton.

Kill The Messenger  lain lagi. Film ini menceritakan kisah jurnalis bernama Gary Stephen Webb dari koran kecil San Jose Mercury News. Di tahun 1996, ia membongkar keterlibatan CIA dalam mendanai pemberontak Kontra Nikaragua. Namun pendanaan itu didapatkan dari peredaran narkoba dalam jumlah sangat besar yang didatangkan dari Amerika Tengah lalu dipasarkan di kota-kota Amerika Serikat.

Gary Webb mendapatkan tekanan dari berbagai pihak tak terkecuali dari CIA  dan korannya sendiri. Ia mengundurkan diri dari Mercury News dan memublikasikan investigasinya secara lengkap dalam buku yang berjudul Dark Alliance. Tujuh tahun kemudian Gary Webb ditemukan tewas dengan dua tembakan di kepalanya. Penyelidikan menyatakan  Gary Webb bunuh diri.

Yang sedang gempar saat ini adalah The Panama Papers. Ini merupakan hasil investigasi kolosal jurnalis dari seluruh dunia—76 negara—yang tergabung dalam jejaring bernama International Consortium of Investigations Journalist (ICIJ). Di Indonesia, ICIJ mengajak wartawan Tempo untuk ikut serta. Pada 4 April 2016 hasil investigasi itu diluncurkan.

 

Kerahasiaan Finansial

Panama Papers ini membuat bocoran dokumen ala Wikileaks seperti menjadi amatiran. Satu sebabnya adalah para jurnalis menjadikan dokumen berukuran 2,6 terabita milik Mossack Fonseca dalam periode tahun 1970-an sampai dengan awal 2016 ini sebagai bahan investigasi sehingga proses cek dan recek sangat diperlukan.

Mossack Fonseca adalah firma/badan hukum dan penyedia jasa perusahaan asal Panama yang menyediakan jasa membuatkan perusahaan di negara lain, pengelolaan perusahaan luar negeri, dan manajemen aset.

Hasil investigasi itu mengungkapkan bahwa dari jutaan dokumen yang terbongkar,  firma ini terindikasikan menyembunyikan kerahasiaan finansial para politikus, kartel narkoba, mafia, pemain bola, bintang film, dan miliuner. Banyak juga pemimpin negara yang namanya disebut-sebut dan dikaitkan dalam dokumen itu.

Mossack Fonseca bekerjasama dengan pihak bank, kantor pengacara, dan perantara lainnya menjajakan jasa mendirikan perusahaan , yayasan, wali amanat untuk para kliennya. Inilah yang disebut dengan perusahaan cangkang. Atau dapat juga disebut sebagai perusahaan dengan struktur korporasi yang bisa digunakan untuk menyembunyikan kepemilikan aset dari penyidik dan petugas pajak.

Mossack Fonseca juga main dalam pembuatan perusahaan dengan direksi nominee. Modusnya dengan memakai karyawan  Mossack Fonseca sebagai pemilik dalam perusahaan yang dibentuk namun sesungguhnya tidak punya kendali apapun terhadap perusahaan.

Maka wajar kalau Mossack Fonseca pun sering memainkan backdate (tanggal mundur) bertahun-tahun ke belakang dalam dokumen yang dibuatnya. Tujuannya untuk keuntungan kliennya seperti penghindaran pajak.  Atau dalam kasus hukum jika ada nominee mereka yang ditangkap aparat penegak hukum  Mossack Fonseca bisa mengelak bahwa karyawan yang ditangkap itu bukan direksi perusahaan klien mereka dengan dokumen backdate tadi.

 

Tax Haven

Mossack Fonseca juga mendirikan ratusan ribu perusahaan cangkang itu di Tax Haven Countries—negara-negara surga pajak.

Organization for Economic Development and Cooperation (OECD) dalam artikel yang berjudul Harmful Tax Competition: An Emerging Global Issue menyebutkan secara sederhana definisi dari Tax Havens ini: tidak ada pajak atau pajak rendah, kurang adanya pertukaran informasi yang efektif, kurang transparan, dan tidak memerlukan aktifitas perusahaan.

Sederhananya tax havens itu adalah negara atau teritori yang memberikan kemudahan bagi orang atau badan hukum yang ingin menghindarkan diri dari pembayaran pajak. Anda bisa googling dengan berbagai sumber untuk menyebut negara-negara itu.

Yang saya sebut di sini seperti seperti British Virgin Islands, Caymand Islands, Dominika, Hongkong, Costa Rica, Panama,  Hongkong, Macau, Singapura, Maldives, Mauritius, Seychelles. Ini data saya kutip dari makalahnya Jane G. Gravelle.

Hampir 9 tahun menjadi pegawai dan Account Representative (AR) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Penanaman Modal Asing (PMA) Tiga kemudian pindah menjadi AR selama 4 tahun di KPP PMA Empat membuat saya akrab dengan nama-nama di atas setelah membaca akta pendirian perusahaan-perusahaan PMA itu. Entah yang bergerak di bidang pertambangan, minyak kelapa sawit, atau pun garmen.

 

Kasus Asian Agri Group

Saya jadi langsung ingat dengan kasus Asian Agri dalam masalah Pajak. Bisa dibaca dalam buku Saksi Kunci yang ditulis oleh Metta Dharmasaputra. Atau juga bisa dicari di internet terkait putusan Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa Asian Agri Group terbukti bersalah dalam kasus  penggelapan pajak ini. Di sana kita bisa baca pertimbangan Majelis Hakim Agung dalam menentukan amar putusannya.

Ada beberapa perusahaan Asian Agri Group yang melakukan penjualan ekspor melalui perusahaan-perusahaan cangkang Asian Agri yang ada di Hongkong, Macau, dan British Virgin Islands.  Modusnya begini, pengiriman barang diekspor langsung kepada pembeli sebenarnya, tetapi dokumen keuangan yang berkaitan dengan transaksi ekspor itu seolah-olah dijual kepada perusahaan cangkang yang di Hongkong, lalu dijual lagi ke perusahaan cangkang yang ada di Macau atau British Virgin Islands.

Tentunya harga jual berdasarkan dokumen keuangan itu lebih rendah daripada harga jual yang sebenarnya. Harga yang rendah itu yang tertulis di pembukuan perusahaan lokal Asian Agri Group dan dimasukkan ke dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Buntutnya kita tahu Asian Agri Group membayar pajak lebih rendah daripada yang seharusnya.

Bukan hanya modus ini saja yang menjadi pertimbangan hakim dalam putusannya melainkan bagaimana Asian Agri Group juga terbukti bersalah dengan membebankan biaya-biaya dan fee yang semestinya tidak ada.

Masalah transaksi keuangan yang disengaja diperumit ini sepertinya memang sudah menjadi modus seperti yang terungkap dalam Panama Papers ini.  Bagaimana perusahaan A di British Virgin Islands meminjamkan dana USD 200 juta kepada  perusahaan gelap B di Siprus. Lalu  A menjual hak tagih atas utang itu kepada perusahaan C di British Virgin Islands seharga USD 1 saja. C kemudian menjual hak tagihnya kepada D yang berada di Panama seharga yang sama USD 1.

Dalam jangka waktu 24 jam saja pinjaman itu, setidaknya di atas kertas, sudah berpindah ke tiga Negara, dua bank, dan empat perusahaan, membuat uang itu menjadi nyaris mustahil dilacak, tulis Tempo.

 

Pintu Masuk

Kita memang tidak bisa langsung menyimpulkan atau memberi vonis kepada nama-nama WNI yang terkait Panama Papers ini sebagai pelaku tindak kejahatan. Sangat-sangat prematur. Tapi saya yang awam ini pun jadi bisa mikir kalau data-data yang ada dalam Panama Papers bisa jadi pintu masuk untuk penyelidikan lebih lanjut terutama oleh petugas pajak.

Bambang Brodjonegoro memang sudah menegaskan kalau data-data di Panama Papers tidak jadi sumber data di Direktorat Jenderal Pajak. Ujung-ujungnya bisa kita tebak kalau  pemerintah perlu Undang-undang Pengampunan Pajak yang sampai sekarang belum juga deal dibahas di Senayan.

 

Penyidik Pajak

Membaca Mossack Fonseca juga membaca dugaan keterlibatan mereka dalam kasus pencucian uang. Kebetulan selama tiga hari belakangan ini, saya mendapat pelatihan bersama aparat penegak hukum yang diselenggarakan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) di Banda Aceh.

Pelatihan bersama ini melibatkan peserta dari penyidik yang berasal dari Kepolisian Daerah Aceh, Badan Narkotika Nasional Provinsi Aceh, Penyidik PNS (PPNS) dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP), PPNS Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan pihak Penyedia Jasa Keuangan dalam hal ini pegawai bank-bank yang ada di Banda Aceh.

Melibatkan pihak bank tentunya agar bisa terbentuk sinergi antara aparat penegak hukum dengan mereka, karena pihak bank sebagai pihak yang sangat diperlukan dalam proses penyidikan tindak pidana pencucian uang.

Kantor Wilayah DJP Aceh mengutus lima orang PPNS termasuk saya untuk mengikuti pelatihan tersebut. Ini pelatihan yang membuka mata saya lebih lebar lagi terhadap tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Materi yang diberikan di sini lebih komprehensif dibandingkan yang saya peroleh di Pusdik Reskrim Polri Mega Mendung tahun lalu atau di setiap kegiatan Forum Penagihan yang melibatkan PPATK sebagai pembicaranya. Wajar karena jam pelajaran dalam pelatihan bersama ini lebih banyak.

TPPU ini terkait dengan tindak pidana asal (predicat crime)-nya. Walaupun dalam proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap TPPU tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 69 Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Nah, tindak pidana asal ini berupa tindak pidana korupsi, penyuapan, narkotika, psikotropika, penyelundupan tenaga kerja,  penyelundupan migran, di bidang perbankan, di bidang pasar modal, di bidang perasuransian, kepabeanan, cukai, perdagangan orang,  perdagangan senjata gelap, atau terorisme.

Juga berupa tindak pidana penculikan,  pencurian,  penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, di bidang perpajakan, di bidang kehutanan, di bidang lingkungan hidup, di bidang kelautan dan perikanan, atau tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih.

Kalau kita hanya melihat tindak pidana sebagaimana yang disebutkan di atas maka kita bisa tahu dimungkinkan adanya  keterlibatan PPNS dari kementerian lain seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam penanganan perkara TPPU.

Tapi ditegaskan dalam UU TPPU ini hanya ada enam penyidik yang berwenang dalam penyidikan kasus TPPU yakni penyidik dari Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan,  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika Nasional (BNN), penyidik dari DJP,  dan penyidik dari DJBC.

Mengapa PPNS lain tidak bisa? salah satu pemateri dari Bareskrim Polri menjawab bahwa dalam tindak pidana asal selain di bidang perpajakan, kepabeanan, dan cukai penyidik Polri masih bisa masuk menangani tindak pidana asalnya. Oleh karena itu TPPU ditangani langsung oleh penyidik Polri.

Jadi ketika ada Wajib Pajak yang disidik atas tindak pidana perpajakan maka apabila ada bukti permulaan yang mencukupi bahwa hasil tindak pidana perpajakan itu dicuci uangnya bisa dilanjutkan ke dalam proses penyidikan TPPU. Kabarnya Penyidik DJP dalam proses menindaklanjuti penyidikan satu kasus TPPU. Ini hebat menurut saya. Sebuah kekhususan kewenangan luar biasa yang diberikan UU kepada para penyidik pajak, tidak kepada PPNS lainnya.

Sebagai intermeso, dalam kacamata saya UU TPPU ini sudah visioner banget. UU ini tidak menyebut sama sekali kata PPNS. Kayaknya pembuat UU ini tahu sebentar lagi DJP mau jadi Badan Penerimaan Pajak Non-ASN. Amin.

 

Kehebohan apa lagi?

Kembali ke Panama Papers, dari sana kita bisa belajar tentang kerja money laundering berupa placement, layering,  dan Integration. Di sini kental dengan layering,  pengaburan dan penghilangan jejak asal-asul hasil tindak pidana asal yang merupakan blood of the crime tindakan kejahatan itu sendiri.

Kita masih menunggu kehebohan selanjutnya seperti apa. Spotlight menyebabkan Kardinal Law dipindahkan dari Keuskupan Boston ke Basilika Roma dan banyak dari pelaku yang dituntut di muka umum.  Pembongkaran oleh Gary Webb menyebabkan Jhon M. Deutch mundur dari jabatannya sebagai Direktur CIA.  Masih terlalu dini kita melihat korbannya siapa di negeri ini.

Tapi seringkali pengungkapan skandal besar mengubah konstelasi rules of the game di sebuah atau beberapa negara atas kasus ini. Ini berkaca pada krisis tahun 2008 yang meluluhlantakkan Lehman Brothers. Sejak itu kemajuan dalam transparansi keuangan dan pertukaran informasi pajak mulai tampak.

Saya setuju dengan apa yang diungkapkan Tom Cardamone dalam opininya yang berjudul The Danger of Shadow Financial System, bahwa negara-negara G-20  bisa menginisiasi membuat solusi dalam permasalahan global ini. Dan kita tahu Indonesia menjadi anggotanya. Kalau sudah demikian saya berharap peniadaan kerahasiaan bank untuk kepentingan perpajakan semakin cepat terwujud di tahun mendatang.

Perlu diingat bahwa salah satu yang membuat UU tentang pencegahan dan pemberantasan TPPU agresif dan superpower ini adalah tidak berlakunya kerahasiaan bank dan transaksi keuangan lainnya saat penyidik, penuntut umum, dan hakim meminta keterangan kepada pihak bank. 

Wallaahua’lam bishawab. 

 

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

Tapaktuan, 10 April 2016


Filed under: Opini Tagged: backdate, Badan Narkotika Nasional Provinsi Aceh, Badan Penerimaan Pajak Non-ASN, British Virgin Islands, Caymand Islands, CIA, Costa Rica, Dark Alliance, Dominika, Gary Stephen Webb, Hongkong, ICIJ, Integration. blood of the crime, International Consortium of Investigations Journalist, Jane G. Gravelle, Jhon M. Deutch, kantor wilayah djp aceh, Kardinal Law, Kasus Asian Agri Group, Keuskupan Boston, Kill The Messenger, Kontra Nikaragua, layering, Macau, maldives, Mauritius, Metta Dharmasaputra, money laundering, Mossack Fonseca, nominee, OECD, Organization for Economic Development and Cooperation, Oscar ke-88, Panama, Panama Papers, pedofilia, Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, perusahaan cangkang, placement, polda aceh, ppatk, PPNS DJBC, ppns djp, predicat crime, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Pusdik Reskrim Polri Mega Mendung, Saksi Kunci, San Jose Mercury News, Seychelles, Singapura, Spotlight, Tax Haven Countries, Tempo, The Boston Globe, tom cardamone, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, wikileaks

DJP RUNNERS: Dari Bandung Sampai ke Hongkong

$
0
0

DJPRUNNERS2

Olah raga lari sudah menjadi gaya hidup sehat masyarakat saat ini. Olah raga murah ini digemari berbagai kalangan, terutama masyarakat perkotaan. Berbagai lomba lari digelar di berbagai daerah dan menarik antusiasme masyarakat. Komunitas lari pun bermunculan bak cendawan di musim hujan. Salah satunya adalah DJP Runners.

Komunitas lari buat pegawai DJP ini didirikan dan diresmikan pada momen Car Free Day Dago, tanggal 26 April 2015, oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I pada saat itu, Ajat Jatnika. Selain sebagai sarana silaturahmi, DJP Runners dimaksudkan menjadi model bagi pegawai DJP untuk hidup aktif, menjaga kesehatan, dan berbagi informasi terkini di dunia lari.

Berbagai lomba telah diikuti oleh anggota DJP Runners baik dalam negeri maupun mancanegara, maraton bahkan ultra, antara lain Nusantararun Bandung Cirebon 135 Km, Jakarta Ultra 100, Jakarta Marathon 2015. Terakhir adalah Coast to Coast Night Trail Ultra 2016 di Yogyakarta.

Bahkan DJP Runners menorehkan prestasi di luar negeri dengan meraih Bronze Trophy The 6th Edition of the Vibram® Hong Kong 100 Ultra-Trail di Hongkong, Januari 2016 lalu. Salah satu anggota DJP Runners yang ikut dalam even itu adalah Bambang Tejomurti, pemeriksa pajak madya di Kantor Pelayanan Pajak Madya Bandung.

Bambang mulai menekuni olah raga lari sejak Februari 2014. Ajang Pocari Sweat Run 2014 dengan jarak 10 kilometer adalah lomba pertamanya. Berangkat dari itu banyak lomba lari yang diikutinya. Tidak sekadar lari maraton dengan jarak 42 km, bahkan lari ultra ia ikuti, hingga menaklukkan tantangan lomba lari ultra trail.

Lari ultra adalah lari dengan jarak tempuh di atas maraton. Terdiri dari dua jenis, pertama ultra road yaitu lomba lari yang diadakan di jalanan biasa. Sedangkan ultra trail adalah lomba lari yang diadakan di gunung, pantai, atau hutan. Tentu ini merupakan tantangan yang ekstrim. Bambang menikmati semuanya.

“Kalahkan dulu lari maraton, baru ikut lari ultra,” jawab Bambang ketika ditanya tentang kiat agar bisa berpartisipasi dalam lomba lari ultra. Pergaulan yang luas adalah adalah salah satu manfaat yang didapat Bambang ketika mengikuti banyak lomba lari. “Badan bugar dan body stress release itu pasti,” tambah Bambang.

Bambang juga memberikan tips buat pelari pemula, “Harus punya motivasi diri untuk menjadi lebih sehat. Sisihkan waktu dalam seminggu 2 kali lari minimal 30 menit. Untuk jarak tempuh dinaikkan secara bertahap plus berlatih bersama komunitas atau berlari bersama teman.”

Kebutuhan berlari bersama teman itu menggugahnya mendirikan komunitas lari pegawai DJP bersama Agus Maulana. Saat ini, anggota aktif DJP Runners berjumlah 28 pelari yang tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk berhimpun dengan DJP Runners, peminat lari bisa mengunjungi laman Facebook atau grup Whatsapp-nya. “Pegawai DJP dapat bergabung di grup ini. Kita saling berbagi informasi, pengalaman, kiat hidup sehat, latihan bersama , dan lomba lari bareng,” pungkas Bambang. [Riza Almanfaluthi]

Artikel ini dimuat di e-Magz DJP Maret 2016.

 


Filed under: Berita Tagged: agus maulana, Ajat Jatnika, Bambang Tejomurti,, Car Free Day Dago, Coast to Coast Night Trail Ultra 2016, djp runners, Jakarta Marathon, Jakarta Ultra 100, Kantor Pelayanan Pajak Madya Bandung, Kepala Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I, Nusantararun, Pocari Sweat Run 2014, the Vibram® Hong Kong 100 Ultra-Trail

Duka Bersama dari Garda Terdepan DJP

$
0
0

13012762_10209288722155575_7320788217930801356_n

 

Orang itu tidak percaya kepada saya yang membawa surat tugas dan berbaju lengkap jurusita. Ia “mengurung” saya dalam ruangan kantornya. Ditinggal sendirian. Lama banget. Teman saya tidak ikut masuk. Dia ada di tempat parkir. Saya ditanya macam-macam dan saya jawab seadanya dan menjelaskan maksud kedatangan saya memberitahukan Surat Paksa. Sampai pada akhirnya selesai urusan.

Sampai di kantor saya dipanggil kepala kantor. Barulah ketahuan kalau orang perusahaan itu menelepon kepala kantor saya dan menanyakan apakah benar saya adalah petugas dari kantor pajak. Waktu itu kepala kantor saya tidak ingat ada pegawainya bernama Riza. Untung ada Kepala Seksi Penagihan yang sedang berada di depannya. Dan langsung mengonfirmasikan kepada orang perusahaan bahwa benar saya adalah petugas pajak. Pantas saja orang perusahaan itu perlakuannya berubah kepada saya. Langsung jadi ramah. Awalnya dia menyangka saya komplotan penipu yang menyamar jadi petugas pajak.

Kejadian itu hampir 13 tahun lampau. Sekarang jadi jurusita pajak lagi. Diancam verbal dengan senjata tajam juga sudah. Terakhir teman saya yang mau menyita Wajib Pajak lain diancam juga secara verbal mau diparang kalau mau ambil barang sitaan. Kami mundur kalau sudah begitu. Tapi barang akhirnya bisa dibawa (malah diantar) ke kantor. Memang sudah harus memitigasi risiko yang ada untuk dapat hasil yang besar. Jangan sembrono dan lihat sikon. Ini yang saya terkadang enggak lihat-lihat. Pengennya jalan terus. Padahal semilitan-militannya kita, harus ingat anak dan istri. Siapa yang memikirkan mereka nanti? Mereka? Wallahua’lam.

Kejadian di Gunung Sitoli yang dialami teman kami dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sibolga (6 jam perjalanan dari Tapaktuan) mengejutkan saya dan membuat saya bergeming sesaat. Saya langsung minta kepada teman-teman jurusita saya di kantor untuk tetap hati-hati. Kita tak tahu apa yang terjadi ketika kita bertugas. Jangan pernah sendiri kalau bertugas memberitahukan Surat Paksa. Kalau melakukan penyitaan jangan pernah enggak bawa bapak polisi untuk pengamanan. Koordinasi dengan aparat tetap diperlukan.

DUKA MENDALAM untuk teman kami di Sibolga. Empati terdalam buat keluarga mereka. Kami jurusita KPP Pratama Tapaktuan turut merasakan kesedihan yang tak dapat dihitung, pun karena kami bertugas di garda dan lini yang sama. Semoga Tuhan melindungi kita semua. Amiin.

 

***

 

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

12 April 2016


Filed under: CATATAN SENIN KAMIS, Kisah Sederhana, Masalah Perpajakan Tagged: gunung sitoli, jurusita, jurusita pajak negara, parada toga fransriano siahaan

Mohon Dibaca Dulu Undang-undangnya, Mas Bro

$
0
0

KRIMINOLOG Universitas Indonesia Chairul Huda mengomentari peristiwa pembunuhan terhadap dua petugas pajak yang menagih utang pajak sebesar Rp 14,7 milyar itu begini:

“Mana ada sih pegawai pajak yang nagih secara personal gitu. Kan by document dulu, kaya debt collector saja,” kata Chairul saat dihubungi Okezone, Jumat (15/4/2016).

Berdasarkan pengalamannya, ia pun juga terkadang pernah lupa membayar pajak. Namun, tidak ada petugas pajak yang mendatangi kediamannya guna menagih tunggakan.

“Saya juga pembayar pajak, kadangkala saya juga kelewatan bayar pajaknya, tapi enggak pernah tuh ada orang pajak datang ke saya, nagih. Saya sih menduga ada tindakan yang di luar dari SOP dalam penagihan itu,” ujarnya.

 

Dia pun menganggap tak lazim jika petugas pajak menagih tunggakan senilai Rp14,7 miliar dengan mendatangi langsung pengusaha karet, Agusman Lahagu Alias Ama Tety (45).

“Pajak itu assessment. Membayar pajak itu bukan kebutuhan Ditjen Pajak, tapi kebutuhannya wajib pajak. Jadi sebenarnya kalau memang ada tunggakan pajak segitu besar itu enggak lazim menurut saya didatengin untuk ditagih, lazimnya adalah disurati kalau tidak mau bayar ya di proses hukum dengan melalui penyidikan pajak, kan gitu. Mana ada pajak didatengin dengan ditagih?” tambahnya.

Sebaliknya, ia justru mempertanyakan apakah sebenarnya ada prosedur penagihan pajak kepada wajib pajak, terlebih kebutuhan membayar pajak adalah kewajiban bagi wajib pajak sendiri.

“Prosedur itu apakah prosedur yang sesuai ada ketentuannya ditagih langsung kaya gitu? Kaya iuran sampah aja. Iuran sampah belum bayar didatengin, iya bener kan nilainya cuma ratusan ribu. Masa Rp14 miliar ditagih dengan didatengin? Yang enggak- enggak aja,” urainya.

“Itu ada indikasi bahwa ada tindakan di luar prosedur. Enggak mungkin orang ditagih pajak Rp14 miliar baru tahu setelah petugas pajaknya datang, enggak mungkin. Pastilah dia sudah disurati lebih jauh dan juga tidak mungkin orang begitu tahu ditagih Rp14 miliar terus orangnya langsung ditikam,” tegas Chairul.

Saya diberikan amanat untuk memegang jabatan sebagai Kepala Seksi Penagihan dan sebagai Juru Sita Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tapaktuan sejak akhir tahun 2013, jadi insya Allah saya tahu prosedur dan detil penagihan pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana teman-teman kami di bidang penagihan pajak di seluruh Indonesia tahu.

Kita bekerja dengan berpegang pada Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Ada beberapa yang perlu dicermati dari pernyataan peraih gelar doktor ilmu pidana termuda di Universitas Indonesia ini.

1. Mana ada sih pegawai pajak yang nagih secara personal gitu. Kan by document dulu, kaya debt collector saja.

Betul. Ada proses yang mendahului sebelum dilakukannya Pemberitahuan Surat Paksa. Dan itu sudah pasti dilakukan oleh kami. Karena prosedurnya seperti itu. Penerapan prosedur dikawal secara sistem yang dipantau oleh Kantor Wilayah bahkan Kantor Pusat DJP.

 

2. Berdasarkan pengalamannya, ia pun juga terkadang pernah lupa membayar pajak. Namun, tidak ada petugas pajak yang mendatangi kediamannya guna menagih tunggakan.

Bapak beruntung saja. Kelalaian Bapak lupa bayar pajak atau lapor pajak bisa berujung pada penerbitan surat sanksi administrasi atau bisa disebut Surat Tagihan Pajak. Bapak belum saja diterbitkan Surat Tagihan Pajak.

Berdasarkan Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan setiap keterlambatan pelaporan atau pun pembayaran wajib diterbitkan Surat Tagihan Pajak. Nanti setelah Surat Tagihan Pajak itu terbit dan setelah ditegur juga belum bayar maka Bapak akan didatangi petugas pajak.

Kalau tidak diterbitkan Surat Tagihan Pajak, petugas pajak akan disalahkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena petugas pajak dianggap melanggar prosedur yang berpotensi merugikan negara. Begitulah adanya.

 

3. Tak Lazim datang menagih langsung ke Penunggak Pajak.

Bahkan jurusita wajib memberitahukan kepada Penunggak Pajak dengan pernyataan dan penyerahan salinan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak. Kita dianggap melanggar prosedur jika Surat Paksa itu dikirim via pos. Ini salah besar dan bisa digugat melalui Pengadilan Pajak. Bapak dosen ini bisa baca di Pasal 10 UU itu.

 

4. Pajak itu assessment. Membayar pajak itu bukan kebutuhan Ditjen Pajak, tapi kebutuhannya Wajib Pajak.

Itu bisa terjadi di Negara maju yang kesadaran pembayaran pajaknya tinggi, sedangkan di Indonesia masih jauh. Di tahun 2014 rasio kepatuhan kita dalam penyampaian SPT Tahunan masih rendah berkisar 58% dari jumlah Wajib Pajak yang Wajib menyampaikan SPT Tahunan. Total SPT Tahunan yang masuk 10,8 juta. Ini baru dalam rangka pelaporan dan bukan pembayaran pajaknya.

 

5. Lazimnya disurati terlebih dahulu.
Ya sudah pasti dong. Penagihan aktif berupa Pemberitahuan Surat Paksa yang dilaksanakan oleh teman-teman kami adalah langkah ke kedua dalam proses penagihan. Bahkan pada tahap yang paling awal adalah dalam rangka pemeriksaan tentunya proses surat menyurat sudah harus dilakukan kepada Wajib Pajak.

Sebelum pemberitahuan surat paksa ada surat teguran yang terbit dan dikirimkan kepada Penunggak Pajak. Tiga puluh hari  sebelum surat teguran itu terbit ada surat ketetapan pajak yang menyatakan bahwa Wajib Pajak punya utang pajak. Utang pajak itu bisa timbul karena ada proses pemeriksaan. Dalam proses pemeriksaan lebih banyak lagi surat yang dikirim kepada Wajib Pajak.

 

6. Kalau tidak mau bayar ya di proses hukum dengan melalui penyidikan pajak.
Proses dalam UU TIDAK SEPERTI itu Dok. Kalau tidak mau bayar setelah dikirimnya surat teguran adalah pemberitahuan Surat Paksa, lalu kalau tidak dibayar dalam jangka waktu 2×24 maka akan dilakukan penyitaan aset atau bisa dilakukan pemblokiran rekening Penunggak Pajak bahkan pencegahan bepergian ke luar negeri, kalau juga tidak mau bayar atau asetnya belum mencukupi untuk membayar utang pajak maka akan disandera. Penanggung Pajak masuk sel dalam jangka waktu 6 bulan bahkan bisa diperpanjang sampai 6 bulan lagi. Jadi bukan dengan proses penyidikan.

 

7. Prosedur itu apakah prosedur yang sesuai ada ketentuannya ditagih langsung kaya gitu?
Ada Bapak. Baca lagi Undang-undangnya atau jawaban dan tanggapan saya di atas.

 

8. Itu ada indikasi bahwa ada tindakan di luar prosedur.
Hanya dugaan dan asumsi Bapak saja karena Bapak belum baca UU-nya.

 

Demikian. Semoga manfaat.

BERITA DI OKEZONE*** tentang komentar doktor terhadap pembunuhan dua petugas pajak itu sudah dihapus. Sayangnya saya belum sempat menyimpan halaman. Walaupun demikian berkat teknologi Google, halaman itu masih bisa dicari dan ditemukan. Sebagai pertanggungjawaban tulisan saya, linknya masih bisa dilihat di:

1. Halaman 1  http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:0zm7v9hL-vQJ:news.okezone.com/read/2016/04/15/337/1363479/kriminolog-duga-petugas-pajak-dibunuh-karena-langgar-sop+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id

2. Halaman 2  http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:spUVe72bUiQJ:news.okezone.com/read/2016/04/15/337/1363479/kriminolog-duga-petugas-pajak-dibunuh-karena-langgar-sop%3Fpage%3D2+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id

 

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

Tapaktuan, 15 April 2016


Filed under: Berita, Masalah Perpajakan Tagged: Badan Pemeriksa Keuangan, BPK, Chairul Huda, juru sita pajak, kantor pelayanan pajak pratama tapaktuan, Kepala Seksi Penagihan, KRIMINOLOG Universitas Indonesia, Okezone, Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, rasio kepatuhan 2014, Undang-undang Nomor 19 tahun 1997, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000

DJP Blokir Rekening Dua Penunggak Pajak Aceh Barat Daya

$
0
0

Konferensi Pers

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tapaktuan bekerjasama dengan pihak bank di Aceh Barat Daya memblokir rekening dua penunggak pajak, Kamis lalu (7/4). Rekening yang diblokir dimiliki penunggak pajak berstatus perusahaan/badan dan orang pribadi serta telah menunggak pajak senilai hampir Rp 1,7 milyar.

Perusahaan yang menunggak pajak adalah perusahaan konstruksi rekanan pemerintah daerah sedangkan penunggak pajak orang pribadi merupakan distributor barang kebutuhan rumah tangga. Dua-duanya Wajib Pajak yang berdomisili di Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh.

Pemblokiran terpaksa dilakukan karena penunggak pajak tetap tidak melakukan pembayaran walaupun telah dilakukan penagihan secara aktif dan persuasif.

Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan pemblokiran secara serentak yang dilakukan tujuh KPP Pratama di Kantor Wilayah DJP Aceh. Pemblokiran rekening menyasar 25 penunggak pajak yang secara keseluruhan masih memiliki utang pajak sebesar Rp 33,6 milyar.

Lima rekening di antaranya merupakan milik Wajib Pajak perseorangan dengan total tunggakan pajak sebesar Rp 4,9 milyar. Sisanya sebesar Rp28,6 milyar dimiliki penunggak pajak berstatus perusahaan/badan.

Sebaran 25 Wajib Pajak yang menunggak pajak terdiri atas satu dari KPP Pratama Banda Aceh, enam dari KPP Pratama Lhokseumawe, lima dari KPP Pratama Meulaboh, lima dari KPP Pratama Bireuen, tiga dari KPP Pratama Langsa, dua dari KPP Pratama Tapaktuan, dan tiga dari KPP Pratama Subulussalam.

“Pemblokiran secara serentak ini diharapkan dapat menimbulkan efek jera kepada para penunggak pajak,” kata Kepala Kantor Wilayah DJP Aceh Aim Nursalim Saleh dalam konperensi pers di kantornya. “Apalagi mengingat tahun 2016 ini adalah tahun penegakan hukum,” imbuh Aim.

Menurut Aim Nursalim, dalam rangka menyukseskan Tahun Penegakan Hukum itu, Kanwil DJP Aceh akan lebih gencar dalam melaksanakan tindakan penagihan aktif terhadap penunggak pajak yang tidak kooperatif dan belum melunasi kewajibannya. Tindakan penagihan aktif ini dimulai dari pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan asset, pelelangan, pencegahan bepergian ke luar negeri sampai dengan penyanderaan (gijzeling) terhadap penanggung pajak.

Penegakan hukum di tahun 2016 ini mendapat dukungan penuh dari Polda Aceh dan Kejaksaan Tinggi Aceh. “Ini sesuai MoU Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan Polri dan Kejaksaan Agung,” tambahnya. [Riza Almanfaluthi]

 

Sumber:

http://www.pajak.go.id/content/news/djp-blokir-rekening-dua-penunggak-pajak-aceh-barat-daya


Filed under: Berita, Masalah Perpajakan Tagged: Aceh Barat Daya, aim nursalim, aim nursalim saleh, kantor pajak tapaktuan, kantor pelayanan pajak pratama tapaktuan, kantor wilayah djp aceh, kpp pratama tapaktuan, pemblokiran, pemblokiran bersama, pemblokiran serentak, penagihan, penagihan aktif, tahun penegakan hukum 2016, tapaktuan, wajib pajak aceh barat daya

Pemimpin PADASEBEL

$
0
0

 

Dalam sebuah diskusi di grup Whatsapp yang saya ikuti, seorang kepala kantor pajak pratama di timur Indonesia memberikan pernyataan tentang apa itu pemimpin. Menurutnya pemimpin itu adalah seseorang yang mampu menjadi problem solver, decision maker, source of knowledge, buffer, teladan buat yang dipimpinnya.

Pernyataannya membadai dalam memori saya. Bahkan agar saya bisa mengingatnya dengan sempurna, saya membuat sebuah akronim yang asal bunyi: PADASEBEL. Dan kalau bicara masalah kepemimpinan maka akan banyak teori dan pembahasan. Pembahasan itu sudah pula banyak dituangkan dalam artikel, skripsi, tesis, disertasi, dan jurnal-jurnal. Maka izinkan untuk kali ini saya bicara masalah pemimpin dalam perspektif saya, pemimpin itu “padasebel.”

Problem Solver

Sebagai seorang problem solver, pemimpin tak akan lari dari masalah. Ia akan melihat permasalahan dari berbagai sisi, berusaha mengetahui akar permasalahannya, berusaha menemukan hal-hal yang akan membantu atau menyulitkan jalan membuka permasalahan, serta memberikan pemecahan masalah dari berbagai sisi. Ia akan ambil risikonya.

Kalau jadi pemimpin itu pasti banyak masalah. Kalau tak mau memecahkan masalah jangan jadi pemimpin. Colin Powell pernah bilang, “Leadership is solving problems. The day soldiers stop bringing you their problems is the day you have stopped leading them. They have either lost confidence that you can help or concluded you do not care. Either case is a failure of leadership.

 

Decision Maker

Pemimpin itu harus membuat keputusan. Seberapa pun sulit dan rumitnya keputusan itu dibuat. Tak bisa ia bersembunyi dan menyuruh orang lain membuat keputusan. Sedangkan ia cukup bilang, “Saya ikut saja.” Wajar pemimpin itu salah dalam mengambil keputusan, karena dari kesalahan-kesalahan itu ia berusaha memperbaiki diri dan belajar dari kesalahannya.

Dan kita mengakui bahwa setiap keputusan mempunyai berbagai konsekuensi. Konsekuensi inilah yang ia harus ambil terkait dengan alokasi sumber daya, keterbatasan informasi, dan konflik di dalam organisasi. Pemimpin juga harus mampu menyeimbangkan antara pelibatan yang dipimpin dalam pengambilan keputusan dan  efektifitas pengambilan keputusan itu sendiri.

Peraih Nobel untuk Perdamaian tahun 2014 dari Pakistan, Malala Yousafzai, pernah berkata, “It is very important to know who you are. To make decisions. To show who you are.” Siapa dan apa diri kita adalah pada saat mengambil keputusan.

 

Source of Knowledge

 Untuk efektifitas pekerjaan maka pemimpin harus memiliki pengetahuan. Memang tidak semua informasi harus dikuasai oleh pemimpin. Mereka harus tetap bisa menyaring. Setidaknya seorang pemimpin minimal mengetahui apa core business dari organisasinya sehingga dengan demikian ia bisa menentukan prioritas tindakan yang diambil.

Pemimpin adalah sumber pengetahuan dalam organisasi. Ia tahu kekuatan dan kelemahan dirinya, memahami budaya organisasi, dan tahu bagaimana melakukan sesuatu dengan efektif dan efisien. Dengan ini pemimpin memiliki kerendahan hati untuk mengakui keterbatasan dirinya sehingga tidak cenderung mendominasi ide dan dukungan untuk kepentingan pribadinya. Ia berusaha mendengar masukan dan pandangan dari sudut yang berbeda.

Yang celaka adalah ketika pemimpin merasa dirinya paling dan benar dan pendapatnya tidak boleh dibantah. Kalau sudah demikian tinggal menunggu waktu saja penyakit yang bernama kegagalan berkreasi dan berinovasi dalam organisasi menggejala.

Albert Einstein pernah berkata, “the only source of knowledge is experience.” Maka wajar jika kita secara naluriah memilih pemimpin yang memiliki pengalaman banyak dalam bidangnya agar ia menjadi sumber pengetahuan dalam organisasi.

Buffer

Pemimpin itu penyangga organisasi. Entah buat organisasi itu sendiri sebagai suatu badan atau buat yang dipimpinnya. Jika diibaratkan dengan rumah, maka penyangga haruslah kuat. Tidak boleh lemah dan rentan. Karena banyak elemen rumah yang menyandarkan pada dirinya. Jika tidak, maka tunggu saja keruntuhannya.

Contoh sederhana dalam keseharian di kantor kita, jika seorang kepala kantor memarahi kepala seksi, maka kepala seksi tidak lantas memarahi pelaksananya. Atau jika ada “serangan” dari luar, kepala seksi berfungsi sebagai “the protector”. Mengutip perkataan seorang teman, pemimpin ini seperti atmosfer yang menahan cahaya matahari ke bumi.

Yang tidak wajar dan dibenci dari yang dipimpinnya adalah ketika pemimpin malah tidak berdiri di depan saat prajurit membutuhkan jenderal perangnya maju membantu mereka. Bahkan lari terbirit-birit ke belakang.

Kalau melihat sisi yang lain maka kunci kekuatan pemimpin sebagai penyangga itu ada di keadilannya. Maka manusia mulia Muhammad saw, pernah berkata, “Dunia ditegakkan dengan empat hal: ilmu para ulama, pemimpin yang adil, kedermawanan orang-orang kaya dan doa orang-orang fakir (HR. Bukhari).” Keadilan itulah menjadi penyangga buat seorang pemimpin, untuk yang dipimpin dan organisasi yang dikendalikannya.

Adil itu adalah ketika ia mampu bersikap yang sama untuk dirinya sendiri dan kepada yang dipimpinnya. Sayangnya, memang tidak mudah untuk menjadi pemimpin yang adil. Tapi memang harus demikian adanya. Karena kezaliman sebagai lawan dari keadilan akan membuahkan doa-doa yang tidak putus dari mereka yang terzalimi. Dan doa bawahan yang dizalimi senantiasa mustajab. Pemimpin, waspadalah.

 

Teladan

Pemimpin itu seharusnya menjadi sumber inspirasi keteladanan buat yang dipimpinnya. Sebuah proverb mengingatkan kita seperti ini: “Satu teladan lebih berdampak daripada seribu komentar.” Ini benar adanya. Keteladanan itu menggerakkan. Keteladanan itu sebuah perisai seorang pemimpin dari orang-orang yang pekerjaannya mencari-cari kesalahan.

Peradaban timur dan barat sudah sepakat tentang hal ini, bahwa pemimpin itu memang harus menunjukkan keteladanan. Yang dipimpin bisa menjadi cerminan pemimpin suatu organisasi. Jangan berharap bawahan akan bersikap yang diinginkan jika pemimpin tidak menunjukkan keteladanan itu. Saya tidak perlu menulis lebih banyak lagi di sini.

Akhirnya, selamat menjalankan peran sebagai pemimpin. Pemimpin yang PADASEBEL tentunya. Ini baik daripada disebelin oleh bawahan bahkan sesama.

 

***

Riza Almanfaluthi

Tapaktuan, 11 Oktober 2015

 

Artikel ini dimuat di Majalah Internal Kantor Wilayah DJP Aceh PINTOE ACEH Edisi Desember 2015

Sumber Gambar:  newimgbase.com


Filed under: Motivasi Tagged: albert einstein, bukhari, Colin Powell, kantor wilayah djp aceh, leader, leadership, majalah internal, Malala Yousafzai, muhammad, peraih nobel 2014, pintoe aceh

WADA’

$
0
0

Kita berputar bersama
menghujani langit dengan ribuan kata
penuh mimpi
lalu mata menjadi samudra
tujuh kali setelah itu
kita saling bertanya
kapan kembali?

***

Tapaktuan, 27 April 2016


Filed under: Poem Tagged: Poem, Poetry, Puisi, puisi perpisahan, sajak, Syair

7 Hal Yang Perlu Kamu Ketahui Saat Memperpanjang SIM

$
0
0

20160503_090145

Ruang Tunggu. Masih Sepi (Foto Dokumentasi Pribadi).

Jangan sampai telat satu hari pun untuk memperpanjang Surat Izin Mengemudi (SIM) kalau tidak ingin dianggap sebagai pendaftar baru sehingga harus ikut ujian teori dan praktik lagi. Ini kejadian yang dialami oleh orang lain dan saya lihat sendiri pada saat memperpanjang SIM di Polresta Depok. Kata petugasnya ini adalah aturan baru. Aturan siapa, nomor dan tanggalnya apa, saya kurang tahu.

Sepuluh tahun yang lalu saya memperpanjang SIM C dan membuat SIM A di Polresta Depok. Kemudian lima tahun lalu saya memperpanjang SIM C dan A di Mobil Keliling di Detos. Semua  sudah saya tulis di blog saya dengan judul artikel sebagai berikut:

Prosedur Perpanjangan Surat Izin Mengemudi dan Prosedur Perpanjangan SIM di Mobil SIM Keliling

Nah, sekarang saya ingin kembali mengulas prosedur ini, apakah berbeda dengan 10 tahun yang lalu atau tidak. Ternyata tidak ada yang berbeda. Kenapa hari ini saya tidak memilih perpanjangan SIM di mobil keliling? Karena jadwal untuk hari Selasa itu bukan di tempat yang saya tahu. Saya pilih yang dekat-dekat dari rumah saja.

Berikut 7 hal yang perlu kita ketahui saat memperpanjang SIM di Polresta Depok.

  1. Untuk yang mau memperpanjang SIM persiapkan hal-hal sebagai berikut:
    • Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) 2 lembar;
    • SIM asli;
    • Uang sebesar Rp130.000 buat SIM A, sebesar Rp135.000 buat SIM C;
    • Pulpen buat mengisi formulir.

 

  1. Datanglah di hari kerja, karena biasanya lebih sepi daripada hari Sabtu.
  1. Datanglah pagi-pagi untuk mendapatkan pelayanan lebih dahulu. Kebetulan saya datang pada jam 07.24. Walaupun loket kesehatan dan loket pengambilan formulir bukanya jam 08.00. Waktu itu sudah ada beberapa orang mengantri.
  1. Loket pertama yang harus didatangi adalah Ruang Kesehatan untuk tes kesehatan. Ruangannya berada di lantai dua. Tanya kepada petugas di sana di mana ruang tes kesehatan. Jam delapan pas ruang kesehatan sudah mulai buka. Saya dapat urutan pertama untuk tes kesehatan.

Serahkan fotokopi satu lembar KTP di sini. Karena saya memperpanjang untuk dua kartu SIM         saya bayar tes kesehatan sebesar Rp45.000. Lalu kita dicek tekanan darahnya dan tes buta             warna. Setelah itu kita diberi lembaran hasil tes kesehatan warna kuning dan fotokopi KTP               tadi. Selesai. Kemudian kita beranjak ke Loket Informasi.

 

  1. Loket Kedua: Loket Informasi dan Pendaftaran Pemohon SIM

Letaknya di bawah Ruang Kesehatan.  Petugasnya bilang buka jam 8 pagi, tapi ternyata baru buka jam 08.30. Saya menyerahkan lembaran hasil tes kesehatan dan fotokopi KTP. SIM Asli diserahkan juga di loket ini dan menyerahkan tambahan fotokopi KTP satu lembar lagi.

Di loket ini saya juga menyerahkan uang sebesar Rp215.000 untuk perpanjangan dua SIM. Lalu saya diberi map putih yang berisi formulir biru dan kartu Asuransi Bakti Bhayangkara. Selesai. Kita pindah ke loket lain.

 

  1. Loket Pendaftaran

Letaknya lebih bawah lagi daripada Loket Pendaftaran. Sebelum menyerahkan map putih dan isinya kita harus mengisi terlebih dahulu formulir biru yang ada di map putih itu.

Cara mengisinya gampang. Tinggal mencontoh sebagaimana yang ada di papan informasi dekat loket pendaftaran. Ribuan orang tidak semua bisa memahami  cara mengisi formulir itu dengan gampang makanya dikasih petunjuk mudahnya. Barangkali juga karena petugasnya capek ditanya hal yang sama berulangkali setiap hari.

Di sinilah gunanya pulpen yang kita siapkan, kadang orang harus bergiliran untuk memakai pulpen yang ada di meja dekat papan informasi. Kalau kita sudah siap pulpen, kita akan cepat mengisi formulir dan segera menyerahkannya ke petugas di loket ini. Setelah itu kita menunggu di ruang tunggu untuk dilakukan pemotretan.

20160503_084100

Loket Penyerahan Formulir Pendaftaran dan Papan Informasi Cara Pengisian Formulir

(Foto Dokumentasi Pribadi).

  1. Ruang Foto

Alhamdulillah, karena orangnya masih sedikit, saya tidak lama berada di ruang tunggu. Saya dipanggil dengan lima orang lainnya untuk masuk ke dalam ruang foto. Di sini juga tidak lama, ada dua petugas foto yang akan melayani kita. Sekadar saran, saat difoto tersenyumlah. Senyum itu sedekah.

Setelah difoto dan diambil sidik jarinya, saya pun keluar dan menunggu lagi di ruang tunggu yang  ber-AC dan ada televisinya itu. Tidak pakai lama, tepatnya pukul 08.57 petugas sudah keluar dan membagikan SIM kita. Total jenderal waktu yang dibutuhkan adalah hampir satu jam sejak loket dibuka pada pukul 8 pagi.

Begitulah pelayanan perpanjangan SIM di Polresta Depok yang cepat ini. Semoga artikel ini bermanfaat buat teman-teman yang ingin memperpanjang SIM. Sekali lagi saya ingatkan, jangan sampai terlambat sehari pun untuk memperpanjang SIM karena kalau terlambat akan dianggap sebagai pemohon SIM baru. Saya sudah memperpanjang SIM walaupun tanggal batas berlakunya masih lebih dari dua bulan lagi.

Sebagai informasi tambahan berikut jadwal SIM Keliling di Wilayah Polresta Depok yang saya capture dari kaca ruang tunggu yang penuh berbagai informasi bermanfaat buat kita semua:

20160503_072608

Jadwal SIM Keliling Polresta Depok (Foto Dokumentasi Pribadi).

 

Sekali lagi, semoga bermanfaat.

 

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

3 Mei 2016

 


Filed under: Sejumput Rintih Tagged: biaya memperpanjang SIM, biaya memperpanjang SIM A, biaya memperpanjang SIM A wilayah depok, biaya memperpanjang SIM C, biaya memperpanjang SIM C wilayah depok, biaya memperpanjang SIM wilayah Depok, biaya perpanjangan SIM, biaya perpanjangan SIM A, biaya perpanjangan SIM A wilayah depok, biaya perpanjangan SIM C, biaya perpanjangan SIM C wilayah depok, biaya perpanjangan SIM wilayah Depok, cara memperpanjang sim a, cara memperpanjang sim c, cara perpanjang sim c, cara perpanjangan sim a, Depok Town Square, detos, DTC Pancoran Mas Depok, Honda Motor Care Pancoran Mas Depok, jadwal sim keliling depok, Kantor Samsat Cinere Limo, Margocity, mobil keliling, Perum Mutiara Depok Sukmajaya, Polres Depok, prosedur memperpanjang sim a, prosedur memperpanjang sim b, prosedur perpanjangan SIM, prosedur perpanjangan SIM A, prosedur perpanjangan SIM C, SIM ASIM CSIM KELILING, Surat Ijin Mengemudi, Surat Izin Mengemudi

Jadi Saja

$
0
0

 

Sepi duduk di tepian gerhana

tangannya menggurat langit

dengan cahaya sebagai tinta

hujan turun setelahnya

di setiap tetes itu

ada kata-kata terselip

waktu yang mencumbu doa ribuan kali

**

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

Tapaktuan, 13 Mei 2016


Filed under: Poem, Sejumput Rintih Tagged: Poem, Poetry, Puisi, sajak, Syair

Mangunreja Sareng Warung Peuteuy, Aya Naon di Ditu?

$
0
0


Ibu Jua Mengaduk Ulen via onenews.id

To make something special, you just believe it’s special.

(Mr. Ping, Kung Fu Panda, 2008)

Liburan panjang awal bulan Mei 2016 itu kami ke Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Sebuah nikmat yang patut disyukuri adalah bertemu dengan saudara dan merasakan kembali makanan yang sudah lama tidak pernah dinikmati.

Kami berangkat dari Jakarta hari Kamis pukul 14.00. Keluar dari kemacetan di KM-57 tol Cikampek pada saat magrib. Sempat tersasar di Garut dan sampai di rumah uwa (panggilan hormat kepada kakak ibu) jam satu dinihari. Alhamdulillah dalam perjalanan itu saya tidak terkantuk-kantuk. Masih kuat nyetir tanpa tergantikan sampai tujuan.

Ceritanya sepupu saya menikah. Ayah dari sepupu saya itu adalah adik ibu saya. Ada empat saudara ibu saya berada di Salawu. Dua kakak dan dua adiknya. Semua laki-laki. Mereka sebenarnya asli Ketanggungan, Brebes, Jawa Tengah.

Pada zaman huru-hara dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), dua kakak laki-laki ibu adalah anggota Pemuda Nahdhatul Ulama yang sedang diburu PKI. Ceritanya untuk menghindari perburuan itu mereka hijrah dan sampai ke Salawu itu lalu beranak pinak dengan orang keturunan asli sana.

Sewaktu saya masih kecil, saat liburan sekolah atau pada saat ada saudara hajatan, saya ikut ibu silaturahmi ke Salawu. Dari Indramayu naik bis sampai Tasikmalaya. Lalu lanjut naik mobil elf ke Salawu.

Di Salawu kami sering nge-botram dan piknik bersama. Botram itu istilah dalam bahasa sunda artinya makan bersama di kebun atau di sawah ramai-ramai. Biasanya bersama teman, keluarga, atau tetangga.Pernah juga kami piknik ke Pantai Batu Hiu dan Pangandaran. Perasaan seru saja pada saat itu.

Kini, mereka telah tiada. Ibu saya dan uwa-uwa kami itu. Dan sebagai salah satu cara berbakti kepada orang tua yang telah meninggal adalah dengan tetap menjalin persaudaraan dengan teman dan saudara-saudaranya. Istri saya menasihati itu. Ada hadisnya pula.

“Saya datang ke Madinah, kata Abu Burdah ra, lalu Abdullah bin Umar ra datang menemui saya seraya bertanya: “Tahukah engkau mengapa saya menemuimu?” “Tidak”, jawabku dengan jujur. Lalu ia menjelaskan: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang ingin berhubungan dengan ayahnya yang telah wafat, hendaknya dia menghubungi kenalan dan saudara-saudara ayahnya, sesudah ayahnya meninggal”. Kebetulan antara Umar ayahku, dan ayahmu terjalin persaudaraan yang akrab sekali, maka saya ingin melanjutkan hubungan baik itu” (HR. Abdur Razzaq dan Ibnu Habban dalam Shahih-nya).

Jadilah ratusan kilometer ditempuh bolak-balik. Pun, silaturahmi itu tidak ada ruginya. Betapa banyak kebaikan yang diraih buat para pelaku silaturahmi. Panjang umur dan bertambahnya rezeki. Itu sudah pasti. Yang menjamin adalah Rasulullah saw sendiri.

Setelah acara akad nikah dan resepsi, kami diajak oleh sepupu yang lain—namanya Muhammad Iqbal, biasa kami panggil Ang Iiq—untuk mencicipi kuliner khas Tasikmalaya, yaitu kupat tahu, Mangunreja. Wow, ini pengalaman baru buat saya setelah sekian lama tidak mampir. Terakhir saya datang ke Salawu lima tahun yang lampau. Tepatnya tahun akhir tahun 2010 saat Puput—sepupu saya yang lain—menikah.

Kami berangkat setelah salat Jumat. Jarak rumah makan kupat tahu ini delapan kilometer dari rumah. Kupat tahu Mangunreja berbeda dengan kupat tahu Magelang. Dan saya pastikan kalau saya lebih menikmati kupat tahu Mangunreja ini. Subhanallaah, pas banget di lidah, apalagi dengan krupuk putihnya. Pasangan yang sempurna. Saya yang saat itu membutuhkan kalori melahapnya dengan nikmat. Murah lagi.

Sekarang tempat kuliner sering kali menjadi tujuan buat orang-orang yang datang menginjakkan kaki di suatu daerah yang dikunjunginya. Dulu, saat saya masih kecil, tak ada kunjungan-kunjungan seperti ini. Sepupu saya ini kekinian dan memang kupat tahunya enak, jadi kami diajak ramai-ramai ke tempat itu. Barangkali ini sebagai pengganti ngebotram itu.

Omong-omong dengan Ang Iiq yang berprofesi sebagai desainer dan kaligrafer ini ternyata dialah yang bikin nama-nama korban tsunami di Museum Tsunami Aceh, tepatnya di ruang Sumur Doa atau Space of Sorrow itu.

Dia juga yang merancang dan membuat tugu Konferensi Asia Afrika yang ada bola dunianya itu dan sering jadi tempat selfi, dekat Masjid Raya Bandung. Dia juga yang bikin ornamen kaligrafi di Masjid Alirsyad Kota Baru Parahyangan buatan Ridwan Kamil itu. Selama ini dia memang bekerja sama dengan biro arsitektur Ridwan Kamil.

Kembali ke Salawu, sepulangnya dari Mangunreja, saya mampir dulu ke pertigaan Warung Peuteuy. Pertigaan Warung Peuteuy ini berada di antara Singaparna dan Salawu. Perasaan saya waktu kecil, jarak antara Warung Peuteuy dengan rumah di Salawu itu jauhnya minta ampun.

Waktu itu saya yang sedang mabuk darat saat naik mobil angkutan elf dari Terminal Tasikmalaya. Ibu bilang begini, “Tenang, sebentar lagi sampai.” Tapi kok lama sekali sampainya. Ya wajar, karena elf-nya mengetem lama di pertigaan itu.

Ternyata ketika saya sudah gede begini dan tahu jarak apalagi setelah bisa lari jarak jauh, ketahuan juga kalau jarak pertigaan Warung Peuteuy dengan rumah uwa tidak begitu jauh. Sekitar 1500 meter saja. Dekat sekali ternyata.

Ada apa di Warung Peuteuy. Saya mencari penjual ulen, ketan bakar khas Jawa Barat. Ulen itu ketan bakar yang kulitnya dibakar secara merata sehingga warnanya coklat. Harganya dua ribu rupiah sepotong. Potongannya rapih dan bagus. Ketika dibelah terlihat warna putih ketannya yang sempurna dan ada sedikit potongan kelapa di dalamnya.

Kebetulan pada saat itu hujan sedang turun dan ulennya masih hangat. Pas sekali. Alhamdulillah dan subahanallaah. Saya beli lima, dibagi kepada semua yang ada di dalam mobil. Istri uwa saya yang bernama Uwa Epon menolak menerima ulen karena sudah bosan tentunya. Pastilah. Orang sononya.

Ternyata saya salah, seharusnya saya beli banyak, jangan sekadar icip-icip. Luar biasa nikmatnya. Sampai saya menulis ini, nikmatnya masih terasa di lidah. Saya sudah jelas merindukan makanan itu.

Sudah lama enggak makan ulen. Dulu di pintu keluar tol Citeureup, Bogor, ada satu pedagang yang jual ulen, sekarang sudah enggak ada lagi. Di Warung Peuteuy mereka tetap bertahan, walau sudah berdekade-dekade. Tiga puluh tahun yang lampau, ibu saya selalu membelikannya saat mobil elf mengetem di pertigaan itu.

Satu lagi yang istimewa adalah wajit. Wajit itu semacam penganan yang terbuat dari ketan dicampur dengan kelapa yang dihaluskan dan gula merah. Dibungkus kecil-kecil dengan daun jagung kering. Dulu saya tidak suka dengan penganan itu. Anehnya ketika saya disuguhi wajit itu kemarin pada akhirnya saya suka banget.

Barangkali alasan utamanya adalah kebutuhan saya terhadap sumber kalori berupa gula begitu besar. Ini setelah saya berolahraga secara teratur, mengikuti Freeletics , dan membatasi asupan makanan. Apalagi gulanya gula alami.

Sepulang dari Salawu, salah satu paman saya memberikan oleh-oleh seplastik besar wajit. Hanya saya yang suka wajit ini ternyata. Tidak istri dan anak-anak saya. Sampai saya membawanya ke Tapaktuan dan menghabiskannya sendirian.

Memberikan oleh-oleh kepada yang mau mengakhiri kunjungan adalah sebuah kearifan lokal yang masih bertahan di masyarakat pedesaan. Ini yang seharusnya kami tiru. Bukankah saling memberi hadiah maka akan saling mencintai?

Dari Salawu banyak sekali oleh-oleh yang dibekalkan kepada kami dari istri uwa dan paman-paman kami.

Salawu, Naggerang, Margaluyu, dan Warung Peuteuy memang sudah berubah sekarang. Tidak seperti dulu. Dinginnya sudah berkurang. Tapi memori sudah banyak tercipta di sana. Sejak kecil sampai sekarang. Memori yang tak bisa saya napak tilasi lama-lama karena saya harus kembali ke Jakarta dan Tapaktuan hari itu juga.

Mereka saya tinggalkan jam 16.00 hari Jumat. Setelah bermacet-macet di Garut, berhenti di kilometer 88 Tol Cipularang pada tengah malam karena kantuk yang mendera, akhirnya sampai di Citayam kembali jam dua dini hari. Melelahkan memang. Tapi kesannya tidak hilang sampai saat ini.

Apalagi ketika perjalanan itu bareng-bareng bersama dengan keluarga. Istimewa, ya semuanya istimewa. Dan untuk membuat sesuatu menjadi istimewa kita cuma harus percaya bahwa itu istimewa. Dan saya percaya itu.

Opak, mana opak? I miss it.

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

14 Mei 2016



Filed under: traveling Tagged: Ang Iiq, botram, Ibu Jua, Kabupaten Tasikmalaya, ketan bakar khas Jawa Barat, Kung Fu Panda, kupat tahu Magelang, kupat tahu Mangunreja, Masjid Alirsyad Kota Baru Parahyangan, Mr. Ping, Muhammad Iqbal, Museum Tsunami Aceh, Pantai Batu Hiu, pantai Pangandaran, Partai Komunis Indonesia, pertigaan Warung Peuteuy, pki, Puput, ridwan kamil, salawu, space of sorrow, Sumur doa, ulen, Ulen tasikmalaya, wajit

Inilah 4 Makanan Wajib yang Bakalan Bikin Diet Sukses

$
0
0


Diet tanpa nasi telah sukses menurunkan berat badan saya yang semula 78 kilogram menjadi 59 kilogram. Ini program eat clean yang telah saya jalani sejak November 2014 sampai dengan sekarang.

Dibarengi dengan olah raga (Freeletics) secara teratur maka penurunan berat badan menjadi signifikan dan memberi hasil yang nyata. Hanya dalam jangka waktu 3 bulan pertama berat badan turun sebanyak 16 kilogram.

Salah satu cara yang menjadi favorit oleh kebanyakan orang dalam program diet sukses dan saya lakukan juga adalah dengan menghindari asupan berminyak. Itu bisa dilakukan dengan mengonsumsi makanan rebusan.

Biasanya di Tapaktuan, bahan baku rebusan itu saya beli di pasar dan saya rebus sendiri. Dari literatur yang ada ternyata rebus-rebusan yang saya olah tersebut memiliki manfaat yang sangat besar buat diet antara lain sebagai berikut:

Jagung

Kandungan serat jagung lebih banyak daripada nasi dan dapat membantu percepatan proses pencernaan tubuh. Kadar glikemik jagung lebih rendah daripada nasi. Makanya jagung seringkali menjadi sumber karbohidrat pengganti oleh penderita diabetes militus.

Selain sebagai sumber energi, jagung juga mengandung banyak mineral yang sangat bagus untuk fungsi tubuh manusia. Jagung juga baik buat kesehatan mata dan jantung kita. Memilih jagung sebagai pengganti nasi adalah pilihan tepat dalam program diet sukses.

Kacang Tanah

Orang yang sedang diet akan merasa cukup kenyang dengan memakannya secara terukur (satu genggaman tangan). Berdasarkan penelitian yang ada kacang tanah sangat membantu sekali buat orang yang sedang menjalankan diet untuk menurunkan berat badannya.

Jangan khawatir dengan lemak dalam kacang tanah karena lemaknya lebih sehat daripada minyak goreng. Kacang tanah yang kaya nutrisi ini memiliki kadar lemak tidak jenuh tunggal yang tinggi. Bahkan punya peran signifikan mengurangi kandungan kolesterol jahat.

Tahu

Tahu merupakan sumber protein yang tinggi. Tahu memiliki manfaat yang begitu luar biasa. Selain sebagai sumber energi, tahu juga mampu memperkuat tulang dan sendi. Dalam berbagai program diet sukses, tahu seringkali dijadikan menu utama.

Tahu juga berperan penting dalam penyembuhan penyakit. Mengonsumsinya secara teratur dapat mengusir kolesterol jahat, menurunkan kadar gula darah yang tinggi, dan menjaga kesehatan tulang. Dalam dunia Freeletics, tulang dan persendian menjadi anggota tubuh yang sering diforsir. Menjaga asupan fosfor, kalsium, dan kalium sangat dibutuhkan dalam Freeletics. Dan tahu dapat memenuhinya.

Satu hal yang pasti, tahunya jangan ditambah dengan formalin dan borax. Berbahaya!

Tauge

Tauge sebagai sumber protein selama ini lebih dikenal sebagai bahan penambah kesuburan. Sebenarnya tidak hanya itu. Tauge juga dapat membantu dalam program diet karena manfaat yang dihasilkannya.

Tauge mengandung banyak serat dan dapat mengontrol rasa lapar. Tauge memberikan rasa kenyang lebih awal sehingga menghindari kita untuk ngemil. Yang paling penting, selain kaya vitamin dan mineral tauge juga rendah lemak dan kalori. Tauge pun berguna untuk detoksifikasi tubuh. Waow….

Ayo just do it. Saya sudah, kamu kapan? Tunggu apa lagi? Jadikan diet kamu sukses.

Artikel terkait:

Apa itu Freeletics?

Apa itu Diet Eat Clean?

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

21 Mei 2016

Gambar via: cision.com


Filed under: Sejumput Rintih Tagged: diet eat clean, diet rebus-rebusan, diet rebusan, Diet Sukses, diet tanpa nasi, eat clean, FREELETICS, jagung rebus, kacang tanah rebus, makanan rebusan, rebus-rebusan buat diet, rebusan, tahu rebus, tauge rebus

malam separuh

$
0
0

 


 

sebuah purnama mengunggah pesona
mengguncangkan
enggan menjadi epilog
lantas nista menyelinap 
asyik masyuk
sedang di atas sana
langit gemetar
Kau ampuni fadihatku, Gusti Allah?

 

 

 

 

***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
Tapaktuan, 21 Mei 2016


 


Filed under: Poem

Tembok Besar Cina Buat Mereka

$
0
0

 

 

“Ketika kami tiba di rumah, Ayah menarik bahu saya dan menghadapkan saya ke wajahnya. Dengan suara baritonnya, dia berkata, “Nak, ingatlah ini. Yang penting bukanlah kamu mulai dari mana, melainkan kamu berakhir di mana.”

Seringkali orang dibuat jauh terlebih dahulu untuk merasakan betul nikmat yang besar berupa persatuan  dan perjumpaan. Begitulah adanya saya.  Penugasan yang berjarak ribuan kilometer membuat saya tidak bisa berkumpul dengan keluarga setiap saat. Saya pulang sebulan sekali ke Kota Hujan.

Maka di situlah saya belajar yang namanya kangen yang dendam, rindu yang tak berkesudahan. Kepada istri dan anak-anak tentunya. Anak pertama saya, laki-laki, sudah duduk di kelas 1 SMA. Anak kedua saya, laki-laki juga, sudah kelas 2 SMP di sekolah dan pesantren yang sama dengan kakaknya. Sedangkan si bungsu, perempuan, baru kelas 2 SD.

Saya sadar mereka berada di usia-usia yang membutuhkan panutan. Bukankah kita tahu dari berbagai pakar parenting yang menyatakan bahwa ada lima fase kehidupan saat seorang anak mengalami masa krisis dan ayahlah—mengutip Bendri Jaisyurrahman—pertanda dari Allah yang mampu menyelamatkannya.

Pertama, saat anak mulai masuk sekolah. Kedua, saat anak praremaja. Ketiga, saat remaja. Keempat, saat menjelang pernikahan. Dan kelima, lima tahun pertama usia pernikahan.

Kini, saya tidak berada di sisi mereka pada fase ketiga itu. Maka dari itu, saya berusaha untuk selalu “keep in touch” dengan mereka. Melalui jaringan telepon misalnya.

Tapi kesibukan dan peraturan yang ketat di pesantren tentunya membuat saya tidak bisa bebas menelepon mereka setiap saat. Namun ketika sudah tersambung, mendengar suara mereka saja itu sudah cukup bagi saya. Ini mampu menurunkan tensi tinggi kangen saya.

 

Pelukan

Dan zaman sudah berubah. Teknologi telah semakin canggih. Alat komunikasi sudah merata dimiliki oleh banyak orang dan mampu mendekatkan yang jauh. Tapi itu tetap tak sanggup menggantikan apa yang disebut sentuhan dan pelukan. Sebuah kalimat dari pendiri TOMS Shoes, Blake Mycoskie, menyentak saya, “…tidak ada yang dapat menggantikan keefektifan interaksi secara langsung.”

Dengan perempuanku, pertemuan sebulan sekali itu selalu dimulai dengan sebuah pelukan hangat ketika saya pulang dan mengetuk serta membuka pintu rumah. Dengan kedua anak laki-laki saya pun demikian adanya. Walau mungkin mereka merasa risih dipeluk abinya di depan kawan-kawan mereka. Bagi saya pelukan itu adalah emas dan bahagia.

Pelukan juga yang mengakhiri pertemuan singkat kami setiap kali saya mengunjungi pesantren mereka. Bahkan seringkali pelukan-pelukan itu tak berkesudahan, karena saya enggan melepas mereka menjauh lagi.

Pelukan-pelukan sehangat mentari pagi itu disuguhkan dengan kata-kata penyemangat yang menyediakan motivasi dan untaian nasihat. Saya yakin nasihat-nasihat ini akan diingat mereka. Harapan saya kelak ketika mereka dewasa, mereka akan bercerita kepada teman-temannya dengan memulai mengatakan ini, ”Dulu, ayah saya pernah bilang…”

Saya tidak main-main dan sekadar memberikan nasihat tapi saya berusaha menghadapkan wajah saya di hadapan wajah mereka. Saya jadi teringat sebuah fragmen kisah masa kecil Lawrence G McDonald—wakil presiden Lehman Brothers sebelum bangkrut—dengan ayahnya yang terlambat menyekolahkan dirinya ke sekolah terbaik.

Lawrence bercerita. Ketika kami tiba di rumah, Ayah menarik bahu saya dan menghadapkan saya ke wajahnya. Dengan suara baritonnya, dia berkata, “Nak, ingatlah ini. Yang penting bukanlah kamu mulai dari mana, melainkan kamu berakhir di mana.” Inilah bentuk “keep in touch” itu. Sebuah sentuhan di bahu.

Di akhir pertemuan itu, tak sedikit pun mata saya berpaling kepada yang lain kecuali titik pusat di atas hidung di antara kedua mata mereka. Saya mendengar dan memerhatikan mereka. Agar mereka paham bahwa abinya tidak memedulikan apa saja kecuali kepada mereka.

Saya pun lebih yakin lagi. Ketika jarak sudah menjadikannya seperti Benua Asia dan Amerika sehingga tak ada pelukan yang menjelma maka komunikasi harus tetap jalan. Komunikasi yang disebut dengan hubungan batin antara ayah dengan darah dagingnya. Doa dan amal adalah bentuknya.

 

Santri Nakal

Betapa para pecinta telah menuliskan sebait kata ini dalam sebuah syair: doa adalah caraku memelukmu dari jauh. Ya, doa itu adalah cara berkomunikasi. Komunikasi kepada Allah yang mahamampu mendekatkan dan menjauhkan. Agar Ia melindungi apa yang kita cinta dan sayangi. Doa ini menguatkan.

Bicara tentang kekuatan doa maka saya teringat dengan kisah ini. Kisah tentang kearifan seorang kiai dalam mengatasi santri nakalnya. Kisah ini beredar dalam grup Whatsapp yang saya ikuti. Tentunya ini menggugah saya.

Kiai Haji Mustofa Bisri—biasa dipanggil Gus Mus—pernah diminta berceramah oleh kiai muda di sebuah acara khataman Alquran. Dalam ceramahnya itu, Gus Mus bercerita bahwa dulu ia punya kiai namanya Kiai Umar yang mengelola sebuah pesantren. Suatu ketika Sang Kiai meminta kepada pengasuh pondok berupa daftar nama-nama santri dari yang paling nakal sampai yang taraf kenakalannya sedang.

Pengasuh pondok senang diminta Kiai Umar. Ia susun daftarnya dan menyerahkan kepada Sang Kiai. Ia berharap bahwa kini saatnya kiai menghukum anak-anak nakal yang telah bikin banyak kegaduhan di pondok pesantren.

Tapi dengan berjalannya waktu, pengasuh pondok itu tak mendapatkan apa yang diharapkannya. Sang Kiai tidak melakukan apa-apa.  “Kok santri-santri yang nakal masih tetap nakal ya. Kok tidak diusir atau dipanggil Kiai.”

Dua minggu berlalu, pengasuh pondok penasaran dan bertanya kepada Sang Kiai, “Kiai, mengapa tidak ada santri yang dihukum, ditakzir, dan diusir dari pondok?”

“Lho santri yang mana?”

“Santri yang nakal-nakal, yang kemarin Kiai minta daftarnya itu?”

“Siapa yang mau mengusir? Karena mereka nakal itu dipondokkan, biar tidak nakal. Kalau di sini nakal terus diusir, ya tetap nakal terus. Dimasukkan ke pesantren itu biar tidak nakal.”

“Kok Kiai memerintahkan mencatat santri-santri yang nakal itu?”

“Begini, kamu kan tahu tiap malam saya mendoakan santri-santri setelah salat tahajud. Catatan itu saya bawa. Kalau saya berdoa mereka saya khususkan. Tanya dululah kalau belum paham.”

Sampai di sini Gus Mus selesai bercerita. Biasanya kalau ia menceritakan kisah ini para hadirin tertawa semua, tapi kala itu hanya satu yang tidak tertawa,  kiai muda yang mengundangnya.

Usai ceramah, kiai muda mendekati dan merangkul Gus Mus sembari berbisik, “Masya Allah, Alhamdulillah Gus, panjenengan tidak menyebut nama. Sayalah daftar ternakalnya Kiai Umar.”

Subhanallah. Doa mengubah takdir. Mengubah semuanya. Mengubah anak nakal menjadi kiai dengan ribuan santri. Itulah kekuatan doa. Dan saya yakin Allah akan mengabulkan doa saya buat anak-anak saya, insya Allah. Bukankah prasyarat doa terkabul oleh Sang Maha Pengabul Doa adalah sebuah keyakinan yang tinggi menjulang ke langit?

 

Kebaikan itu Investasi

Lalu bagaimana dengan amal? Apakah kaitannya amal dengan anak-anak? Apakah amal adalah sebuah teleport yang dapat mengantarkan kita ke dimensi lain? Atau seperti pintu Doraemon yang juga mampu membuat kita berpindah waktu dan tempat hanya dengan membuka pintu ajaib itu?

Bukan. Amal itu adalah amal baik yang dilakukan setiap saat. Karena saya yakin, ketika saya berbuat baik, tidak melakukan dosa dan kesalahan, maka itu akan memengaruhi  kegiatan belajar anak-anak saya. Tidak sekadar itu, amal itu pun akan memengaruhi semua perikehidupan mereka. Mereka tidak berbuat yang macam-macam dan aneh-aneh. Allah-lah yang senantiasa membuat Tembok Besar Cina buat mereka.

Dan bertakwa kepada Allah serta mengucapkan perkataan yang benar adalah jalannya untuk meyakinkan diri saya bahwa Allah tidak akan meninggalkan anak keturunan saya sebagai generasi yang lemah seandainya saya dapat memenuhi dua prasyarat dalam Annisa ayat 9 itu.

Para salaf mewariskan perbendaharaan harta Sulaiman berupa keteladanan kepada kita, “Wahai anakku, aku akan membaguskan salatku, agar engkau mendapat kebaikan.”  Apa pun itu, setiap kebaikan akan mendatangkan keberkahan buat  pelaku kebaikan dan tentu anak-anaknya.

Itulah Thoreau—penulis buku Walden, or Life in The Woods—pun menulis hal yang sama, “Kebaikan adalah satu-satunya investasi yang tidak pernah gagal.”

Sungguh, ketika dekat maka pelukan menjelma, motivasi mewujud, nasihat menerangi. Ketika jauh maka menelepon, mendoakan anak-anak, dan beramal kebaikan adalah cara sederhana saya mewujudkan hubungan seputih susu bersama anak. Lahir dan batin.

 

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

Oktober 2015

Artikel ini telah diterbitkan dalam buku “Ya Bunayya”.

Gambar dari: yisai88.com


Filed under: Keluarga, Motivasi, Opini Tagged: Bendri Jaisyurrahman, Blake Mycoskie, Doraemon, Gus Mus, Kiai Haji Mustofa Bisri, Lawrence G McDonald, Lehman Brothers, or Life in The Woods, Sulaiman, teleport, Tembok besar cina, Thoreau, TOMS Shoes, Walden, Ya Bunayya
Viewing all 861 articles
Browse latest View live