Quantcast
Channel: Riza Almanfaluthi
Viewing all 861 articles
Browse latest View live

Rihlah Riza #67: Huruf R

$
0
0


Akhir Agustus 2015 lalu saya pulang ke Citayam. Ada momen yang harus saya hadiri. Istri saya diwisuda sebagai mahasiswa Program Pascasarjana Magister Akuntansi. Dia sudah sah jadi alumnus Universitas Indonesia setelah hampir dua tahun kuliah dengan program beasiswa BPKP Star. Bukan ini yang saya mau ceritakan kali ini.

Tapi ini tentang Kinan. Anak bungsu saya yang baru berumur tujuh tahun ini sebenarnya baru seminggu itu bisa mengucapkan huruf R. Saya tak tahu. Ketika saya datang, saya kaget ketika dia sudah bisa mengucapkannya dengan jelas. “Coba Nak, ucapkan lagi huruf R,” kata saya.

Akhirnya setelah itu dia selalu lafalkan huruf R dengan bergerung-gerung. Mengulanginya terus menerus. Di depan saya. Saya terharu. Padahal sebelum abinya datang ia enggan buat mengulang-ulanginya.

So, anak perempuan saya ini bisa juga ngomong huruf R. Tidak seperti abinya. Hahahaha. “Rrrrrrr….rrrrr….rrrr….Laler menclok di pager, muter-muter kayak uler.” Ini kalimat yang dia ulang yang abinya gagal total menirunya.

Sering kali sebelum berangkat ke Tapaktuan saya berpesan sama istri saya, “Ajarkan huruf R pada Kinan.” Dari artikel yang saya baca jangan sampai ada pemaksaan kepada anak untuk pelafalan itu. Biarkan alami apa adanya. Saya tak tahu bagaimana metode uminya Kinan mengajarkan pelafalan huruf R itu pada Kinan. Tapi ia berhasil.

Sepengetahuan saya, dari ketiga anak saya, Kinan ini yang paling telat bisa ngucapin huruf R. Awalnya takut, jangan-jangan di keluarga kami, ada juga penerus abinya yang tak bisa bilang huruf R itu. Ternyata tidak. Syukurlah. Setidaknya dia tidak akan pernah mengalami apa yang pernah abinya alami sewaktu kecil dulu. Dibuli sama teman-teman sekolah karena cadel seperti itu. Padahal cadel atau tidak itu tak memengaruhi kesuksesan dia di dunia atau pun di akhirat.

Tak tahu mau menulis apa lagi. Cukuplah sampai di sini.

 

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

11 November 2015.

 


 


Filed under: CATATAN SENIN KAMIS, Rihlah Riza

Malam-malam di Braga

$
0
0

image

Usai hujan sore
Di kemarau yang luput
Ada yang berzikir
Menghitung asap dan bir
Lupa yang sama-sama.

***

Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
Bandung, 20 September 2015.


Filed under: Foto, Poem Tagged: bandung, braga

MINA

$
0
0

2011-11-09 06.39.14

Tumpukan sandal mencari pemiliknya masing-masing.
Padahal yang dicari sedang tersenyum di atas langit.
Yang fana menyebutnya tragedi.

**
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
Citajam, 24 September 2015


Filed under: Poem Tagged: mina, Puisi, sajak, Syair, tragedi mina, tragedi mina 2015

Bandung, Ini Etalase Itu

$
0
0

…dan di sebuah terowongan (foto pribadi).

Hujan yang kemarin sore (21/9) membasahi Bandung, malam ini tak lagi singgah. Kursi-kursi taman yang berjejer di sepanjang pinggir jalan Braga, Naripan, Asia Afrika menunggu untuk diduduki para pelancong yang ramai memenuhi jalanan. Ini bukan malam minggu tapi keramaiannya tak kalah.

Bandung—terutama di tiga jalan itu—memang sudah berubah. Suasananya berbeda dengan dua tahun yang lalu ketika saya terakhir mengunjunginya. Kesan suram dan gelap tak ada sama sekali. Aman dan nyaman yang tertangkap. Preman hanya ada di sinetron. Itu pun sudah taubat. Para lelaki berbaju Hansip mondar-mandir atau duduk-duduk melihat-lihat suasana.

Yang paling menakjubkan buat saya adalah setiap sudutnya menyajikan etalase untuk bisa dibingkai dalam sebuah kegiatan bernama foto-memfoto. Maka tak heran banyak orang memanfaatkannya dengan telepon genggam yang mereka miliki.

Ini etalase itu. Jalan Braga dengan trotoar ala Eropanya. Sudut di simpang Jalan Braga dan Jalan Naripan dengan fiber besar huruf-huruf kapital berwarna merah membentuk kata “BRAGA”. Bangunan-bangunan tua di jalan Asia Afrika terutama Gedung Merdeka, sebagai gedung bersejarah tempat berkumpulnya para kepala negara pada saat Konferensi Asia Afrika 60 tahun yang lalu.

Gapura besar di atas Jalan Asia Afrika yang padat seakan—bahkan bukan seakan lagi, tetapi memang—membentuk sebuah terowongan. Tembok di dalam terowongan bercahaya terang itu dicat putih dan diberikan kalimat yang ditulis besar-besar agar bisa dibaca.

“Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum.” Ini kutipan dari Martinus Antonius Weselinus Brouwer atau biasa disingkat M.A.W Brouwer. Seorang fenomenolog, psikolog, dan budayawan Belanda yang menghabiskan sebagian besar umurnya di Indonesia, ditolak permohonannya menjadi WNI, dan pernah menjadi pengajar di Universitas Padjajaran.

Satu lagi kutipan di sisi terowongan yang lain adalah dari Pidi Baiq. Seorang seniman, penulis, dan ilustrator. “Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi.” Bandung. Ini etalase itu. Nyeni dan nyastra banget. Gue suka.

Sebagaimana sebuah toko, etalase senantiasa dipercantik, ditata, dirapikan untuk menarik minat calon pembeli, Bandung pun demikian. Sedangkan potret keseluruhan kota Bandung—sebagai gudang—yang terdapat “stok barang” berlimpah adalah realitas sesungguhnya—berantakan, kumuh, dan menyeramkan dengan tingkat kriminalitasnya—berusaha untuk ditata sedemikian rupa agar mendapatkan keseimbangan yang sama dengan etalase. Tak apa-apa. Ini sudah menjadi kewajiban walikotanya, Ridwan Kamil.

Tak ketinggalan adalah alun-alun kota Bandung. Dengan Masjid Raya Bandung berumput sintetis di halamannya yang menjadi sangat ikonik. Warga berduyun-duyun menikmati ruang lapang sebagai ajang kongkow-kongkow dan tempat bermain anak-anak di tengah sempitnya lahan perkotaan. Siang ataupun malam.

Pencahayaan masjid di malam hari itu tidak ditata sembarangan. Dalam konteks kekinian, ia menjadi latar belakang dari berbagai foto selfie para pengunjungnya. Saya pikir, walikotanya sedang berusaha mendekatkan warga dengan masjid, karena masjid tidak sekadar tempat kontemplasi menjauhi keriuhan melainkan tempat yang memberikan ruang hiburan tanpa dikenai pajak dan pungutan apa pun.

Petugas yang hilir mudik mengontrol keramaian memberikan pesan kepada para pengunjung. Silakan Anda bebas bermain, duduk-duduk, foto-foto, makan-makan, kejar-kejaran, main bola plastik di sini, asal kebersihan tetap dijaga.

Kalau saja tidak ada tugas yang harus dikerjakan buat besok dan karenanya saya tidak bisa mengabaikannya, saya ingin sekali menikmati keramaian alun-alun itu sampai tengah malam sambil menikmati ketan bakar kesukaan bersama istri tercinta dan tentunya Kinan.

Ah, Bandung memang eksotis Meneer. Dari dulu.

Kami Bertiga

Di berbagai Negara

Kami berdua saja di alun-alun Bandung.

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

26 September 2015

dan…


Filed under: CATATAN SENIN KAMIS, Foto Tagged: alun-alun bandung, asia afrika, bandung, braga, konferensi asia afrika, M.A.W Brouwer, Martinus Antonius Weselinus Brouwer, masjid raya bandung, naripan, pidi baiq, ridwan kamil, rumput sintetis

Bandung, Ini Etalase Itu

$
0
0

…dan di sebuah terowongan (foto pribadi).

Hujan yang kemarin sore (21/9) membasahi Bandung, malam ini tak lagi singgah. Kursi-kursi taman yang berjejer di sepanjang pinggir jalan Braga, Naripan, Asia Afrika menunggu untuk diduduki para pelancong yang ramai memenuhi jalanan. Ini bukan malam minggu tapi keramaiannya tak kalah.

Bandung—terutama di tiga jalan itu—memang sudah berubah. Suasananya berbeda dengan dua tahun yang lalu ketika saya terakhir mengunjunginya. Kesan suram dan gelap tak ada sama sekali. Aman dan nyaman yang tertangkap. Preman hanya ada di sinetron. Itu pun sudah taubat. Para lelaki berbaju Hansip mondar-mandir atau duduk-duduk melihat-lihat suasana.

Yang paling menakjubkan buat saya adalah setiap sudutnya menyajikan etalase untuk bisa dibingkai dalam sebuah kegiatan bernama foto-memfoto. Maka tak heran banyak orang memanfaatkannya dengan telepon genggam yang mereka miliki.

Ini etalase itu. Jalan Braga dengan trotoar ala Eropanya. Sudut di simpang Jalan Braga dan Jalan Naripan dengan fiber besar huruf-huruf kapital berwarna merah membentuk kata “BRAGA”. Bangunan-bangunan tua di jalan Asia Afrika terutama Gedung Merdeka, sebagai gedung bersejarah tempat berkumpulnya para kepala negara pada saat Konferensi Asia Afrika 60 tahun yang lalu.

Gapura besar di atas Jalan Asia Afrika yang padat seakan—bahkan bukan seakan lagi, tetapi memang—membentuk sebuah terowongan. Tembok di dalam terowongan bercahaya terang itu dicat putih dan diberikan kalimat yang ditulis besar-besar agar bisa dibaca.

“Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum.” Ini kutipan dari Martinus Antonius Weselinus Brouwer atau biasa disingkat M.A.W Brouwer. Seorang fenomenolog, psikolog, dan budayawan Belanda yang menghabiskan sebagian besar umurnya di Indonesia, ditolak permohonannya menjadi WNI, dan pernah menjadi pengajar di Universitas Padjajaran.

Satu lagi kutipan di sisi terowongan yang lain adalah dari Pidi Baiq. Seorang seniman, penulis, dan ilustrator. “Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi.” Bandung. Ini etalase itu. Nyeni dan nyastra banget. Gue suka.

Sebagaimana sebuah toko, etalase senantiasa dipercantik, ditata, dirapikan untuk menarik minat calon pembeli, Bandung pun demikian. Sedangkan potret keseluruhan kota Bandung—sebagai gudang—yang terdapat “stok barang” berlimpah adalah realitas sesungguhnya—berantakan, kumuh, dan menyeramkan dengan tingkat kriminalitasnya—berusaha untuk ditata sedemikian rupa agar mendapatkan keseimbangan yang sama dengan etalase. Tak apa-apa. Ini sudah menjadi kewajiban walikotanya, Ridwan Kamil.

Tak ketinggalan adalah alun-alun kota Bandung. Dengan Masjid Raya Bandung berumput sintetis di halamannya yang menjadi sangat ikonik. Warga berduyun-duyun menikmati ruang lapang sebagai ajang kongkow-kongkow dan tempat bermain anak-anak di tengah sempitnya lahan perkotaan. Siang ataupun malam.

Pencahayaan masjid di malam hari itu tidak ditata sembarangan. Dalam konteks kekinian, ia menjadi latar belakang sempurna dari berbagai foto selfie para pengunjungnya. Saya pikir, walikotanya sedang berusaha mendekatkan warga dengan masjid, karena masjid tidak sekadar tempat kontemplasi menjauhi keriuhan melainkan tempat yang memberikan ruang hiburan tanpa dikenai pajak dan pungutan apa pun.

Petugas yang hilir mudik mengontrol keramaian memberikan pesan kepada para pengunjung. Silakan Anda bebas bermain, duduk-duduk, foto-foto, makan-makan, kejar-kejaran, main bola plastik di sini, asal kebersihan tetap dijaga.

Kalau saja tidak ada tugas yang harus dikerjakan buat besok dan karenanya saya tidak bisa mengabaikannya, saya ingin sekali menikmati keramaian alun-alun itu sampai tengah malam sambil menikmati ketan bakar kesukaan bersama istri tercinta dan tentunya Kinan.

Ah, Bandung memang eksotis Meneer. Dari dulu.

 


Kinan dan Uminya.

 

Kami Bertiga

 

Di berbagai Negara

 

Kami berfoto berdua saja di alun-alun Bandung.

 

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

26 September 2015


Filed under: CATATAN SENIN KAMIS, Foto

POLA DIET “EAT CLEAN FREELETICS” SAYA

$
0
0


Freeletics.com

Being a Free Athlete doesn’t end with your workout.

A clean, balanced and healthy diet is an important part of your athletic journey.

Mengurangi berat badan sebanyak 17 kilogram dari 78 kilogram menjadi 61 kilogram dalam waktu empat bulan memang butuh perjuangan. Setelah workout Freeletics, ini saatnya membahas tentang eat clean Freeletics atau pola diet yang saya terapkan. Ada Nutrition Guide yang diberikan oleh Freeletics tapi lagi-lagi berbayar. Kalaupun mampu membelinya tentu ada kebiasaan orang barat yang berbeda atau kurang pas diterapkan buat kita orang timur. Jadi sebenarnya inti dari eat clean Freeletics ini adalah pola makan yang sehat.

Kata mereka, “Being a Free Athlete doesn’t end with your workout. A clean, balanced and healthy diet is an important part of your athletic journey.” Diet bersih, seimbang, dan sehat adalah kunci diet itu. Saya ingat dengan apa yang dikatakan oleh Opaz atau Handryano Prasetyo, pengurus freeletics Jakarta dalam wawancaranya yang dimuat di tempodotcrot.

Ia mengatakan pengaturan pola makan memang wajib dilakukan demi mendapatkan tubuh ideal. Meski begitu, tak ada aturan ketat soal diet. Mereka hanya menyarankan orang mengganti nasi putih, yang mengandung kadar gula tinggi, dengan nasi merah. “Nasi putih bikin buncit,” kata pekerja biro iklan di Bintaro tersebut. Makanan dan minuman yang berkadar gula berlebih juga harus dihindari. (Di sini sumber kutipan artikelnya.)

Sebelum saya baca artikel yang ada Opaz itu saya sudah melakukannya. Apalagi setelah saya melihat keberhasilan teman satu kantor yang menerapkan pola makan seperti ini: diet nasi putih. Memang bisa? Bisa! Dulu saya juga tak pernah membayangkan kalau saya bisa sehari tak makan nasi. Sekarang seminggu pun bisa. Makan pun kalau lagi kangen nasi.

Caranya bijimana? Tentu tidak serta merta. Bertahap. Begini caranya:

Minggu pertama: Tidak makan malam pakai nasi.

Minggu kedua: Sarapan porsi nasinya dikurangi setengah

Minggu ketiga: Sarapan tanpa pakai nasi.

Minggu keempat: Makan siang porsi nasi dikurangi setengah.

Minggu kelima: Makan siang tanpa nasi. Ganti nasi dengan sumber karbohidrat yang lain. Sayurnya diperbanyak. Bagi yang masih jomblo tentunya cari warung yang menyediakan sayuran banyak dan bisa “all you can eat”. Di Tapaktuan ada nih. Atau bisa masak sendirilah.

Dan jangan lupakan Tapaktuan sebagai gudangnya ikan segar. Makanya saya tidak kekurangan sumber protein baik ini. Saya jarang makan daging ayam di sini.

Akhirnya setelah melalui proses penahapan seperti itu saya berhasil makan tanpa nasi. Yang tahu batasan adalah diri kita sendiri. Karbohidrat jangan sampai dihindari. Karbohidrat pun penting buat tubuh kita. Dan saya pun memperbanyak protein dengan mengonsumsi telur, sayuran, buah-buahan, ikan, susu kedelai, atau susu tinggi protein.

Kalau secara lengkap pola makan bersih saya adalah sebagai berikut:

  1. Diet nasi. Ganti sumber karbohidratnya dengan yang lain. Seperti roti gandum, jagung rebus, kentang rebus, singkong, dan lain-lain.
  2. Tidak merokok;
  3. Tidak minum, madon, maen, maling, madat;
  4. Tidak makan gorengan;
  5. Tidak mengonsumsi kopi dan teh dengan gula. Dulu saya pecandu kopi dan teh manis;
  6. Tidak mengonsumsi minuman botol yang mengandung gula, seperti teh botol dan minuman bersoda, karena gulanya tinggi banget. Dulu saya pun pecandu minuman seperti ini. Tak ada dalam sehari saya tidak minum minuman ini. Hindari ini pun ada kegunaannya, yaitu menghindari penyakit diabetes militus.
  7. Tidak makan mi instan;
  8. Mengurangi makanan/masakan bersantan;
  9. Mengurangi olahan makanan dengan gula yang tinggi (contoh roti dan donat);
  10. Mengurangi olahan makanan/masakan dengan garam yang banyak (contoh kentang goreng);
  11. Mengurangi olahan makanan/masakan yang dibuat dari tepung terigu (contoh roti tawar dan ayam tepung), tepung beras, dan beras ketan;
  12. Sarapan itu sebuah kemestian. Dengan pola makan seperti itu waktu makan pun tidak saya batasi. Makan malam bahkan bisa setelah salat Isya. Pola diet ini menjadikan kita tahu secara garis besar berapa jumlah kalori yang sudah masuk dan keluar dalam sehari;
  13. Minum air putih yang cukup dalam sehari, minimal dua liter.

Lah, kalau lagi kepengen bagaimana? Ya sikat saja, tapi jangan berlebihan. Yang tidak boleh kan karena berlebihannya itu. Semua yang berlebihan tidak baik. Pas, saya lagi pengen banget mi ayam ya saya makan juga tuh mi ayamnya.

Intinya seimbangkan antara karbohidrat, protein, dan lemak. Saya pernah membaca pemenuhan karbohidrat cukup dengan 30% dari kebutuhan asupan dalam sehari. Yang tinggi adalah protein. Sedangkan lemak tentunya di bawah lagi. Jangan sampai pula untuk menghilangkan karbohidrat karena karbohidrat penting buat menghasilkan glukosa sebagai sumber energi kita.

Jangan lupa untuk istirahat yang cukup. Itu saja catatan dari saya. Dengan selesainya ini berarti lengkap sudah catatan tentang Freleetics yang bermula dari Tiga Minggu Percobaan, 15 Minggu Latihan, dan Freeletics buat Pemula. Anda bisa membaca semuanya di laman blog saya ini. Semoga bermanfaat.

Riza Almanfaluthi

Minggu kelima belas Freeletics

dedaunan di ranting cemara

15 April 2015



Filed under: freeletics Tagged: blogger freeletics, cara kurangi berat badan, cara tidak makan nasi, diet freeletics, diet tanpa nasi, eat clean, FREELETICS, freeletics blogger, freeletics indonesia, freeletics jakarta, freeletics journal, indonesia freeletics, jakarta freeletics, journal freeletics, pola diet freeletics, Tahapan mengurangi nasi

UNDER 6 MINUTES!

$
0
0


You may realize it or not, but you were born with great gifts and talents.

Let’s see what you can do every day to unleash your potentials!

~~Someone.

Perjalanan saya ke Bandung pertengahan September lalu tak sia-sia. Selain bertemu banyak orang dalam sebuah Forum Grup Discussion, saya juga bertemu dengan satu lagi orang hebat di Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Petuahnya yang terngiang-ngiang di kepala saya membuat perbedaan pada hari minggu (4/10/2015) ini. Ya benar, pagi ini.

Dia pelari handal yang sering mengikuti even lari maraton. Terakhir adalah BII Maybank Bali Marathon 2015 di akhir Agustus lalu. Namanya Bambang Tejomurti. Pemeriksa pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Bandung. Kesempatan bertemu dengannya saya manfaatkan betul untuk bertanya-tanya tentang pengalaman larinya. Tentunya juga konsultasi.

Salah satunya adalah konsultasi tentang bagaimana caranya bisa berlari 10K di bawah 1 jam. Saya tidak menanyakan bagaimana cara berlari 5K di bawah 30 menit, karena Alhamdulillah saya mampu melakukannya.

“Tetap pertahankan pace lari di bawah 6 menit per kilometer,” jawabnya. Pace adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 1 kilometer. Semakin kecil angkanya semakin bagus. Oleh karenanya satuan waktunya adalah menit/kilometer. Busyet dah. Personal Best saya pada jarak 10K adalah 1 jam 5 menit.

Pace yang bisa saya dapatkan dalam jarak itu adalah di atas 6 menit/kilometer. Kalau saya berlari di bawah 6 menit per kilometernya—dan ini berarti berlari di bawah 1 jam—maka saya akan bisa menghemat waktu sampai 6 menit daripada Personel Best saya.

That is Impossible
for me! Itu bukan lari senyamannya saya. Itu mah lari ngos-ngosan. Tapi masalahnya adalah nasehatnya itu kepikiran terus oleh saya. Memang bisa? Harusnya bisa. Baiklah kalau begitu, itu perlu dicoba. Kapan? Nanti kalau sudah di Tapaktuan.

Minggu terakhir September saya berada di Bogor. Saya tidak lari, padahal trek lari di Rancamaya, Bogor menggoda saya. Saya pendam keinginan lari pekanan saya itu.

Dan awal Oktober saya sudah berada di Tapaktuan. Hari minggu tiba. Sudah 11 hari saya tidak lari. Pengen lari banget. Malam ahad saya tidur lebih awal. Carbo loading dengan singkong. Paginya, kok malasnya enggak ketulungan. Pengennya tidur dan leyeh-leyeh di hari minggu ini. Tapi malasnya itu saya tepis. No excuse for free athlete.

Setelah salat Shubuh berjamaah di masjid, baca Alquran barang seayat dua ayat, saya bangkit dan singkirkan sarung. Pakai baju tempurnya. Celana lari di bawah lutut, kaos manset, kaos kaki, sepatu lari, dan jam Garmin setia itu. Tak bawa duit dan handphone. Tidak pakai headset. Tiga yang terakhir ini bikin saya tidak nyaman lari saja. Saya fokus lari bukan cari hiburan.

Pemanasan tentunya hal yang teramat penting buat saya. Rutenya kali ini tetap ke arah timur Tapaktuan. Ke Batu Itam. Bismillah. And, Go!!! Di bawah 6 menit. Di bawah 6 menit. Di bawah 6 menit. Itu yang membara dalam jiwa.

Satu kilometer terlampaui. Dua kilometer juga. Tiga kilometer. Dan seterusnya. Saya tidak memacu kecepatan di kilometer-kilometer awal seperti biasanya. Yang penting pace tetap terjaga. Karena biasanya kalau dipacu di awal, di akhirnya malah yang payah.

Jam Garmin menunjukkan waktu di bawah 30 menit ketika jarak 5 kilometer terlampaui. Padahal ada satu gunung yang saya lewati, tentu ketinggiannya menguras tenaga tapi tetap bisa saya lampaui. Masih 5 kilometer lagi.

Di kilometer 6 dan 7 pace saya di atas 6 menit/kilometer. Tepatnya 6:06. Sudah mulai lelah. Saya pacu kembali kecepatan saya. Saya bisa! Saya bisa! Di bawah 6 menit! Di bawah 6 menit! Begitulah pemandu sorak berteriak-teriak di kepala saya.

Dua setengah kilometer terakhir memang berasa capeknya. Nafas sudah memburu. Garmin sudah kasih petunjuk waktu 45 menit. Kalau melihat waktunya saya optimis kalau saya mampu. Jika saya bisa mempertahankan pace 6 pas saja insya Allah tercapai.

Akhirnya kilometer 9 terlampaui dengan pace 5:42. Masih ada 8 menit tersisa untuk mengejar waktu 10K di bawah 1 jam. Saya dorong kaki saya. Saya ambil nafas panjang di kilometer terakhir ini. Saya seka keringat di kening saya. Saya bayangkan saya sedang menyelesaikan Hades Freeletics saya. Karena memang ngos-ngosannya berasa sama. Unleash your potential!

Masih 500 meter lagi ya Robb, 400 meter lagi, 300 meter lagi, 200 meter lagi. Nafas memburu. Garmin saya pantau terus di meter-meter terakhir itu. And finish!!! I did it!!! Amazing!!! Waktunya adalah 58 menit 5 detik. Lebih cepat 7,5 menit daripada Personal Best terakhir saya. Thanks Mas Bambang Tejomurti. Saya berhasil akhirnya. Memang tak ada yang mustahil di dunia ini.

Daftar pace dalam 10K hari ini.

Lao-Tzu pernah mengatakan, “A journey of a thousand miles begins with a single step.” Saya tak pernah membayangkan bahwa perjalanan ini sudah sampai di sini saja. Dulu 100 meter terasa berat berlari dengan membawa beban 78 kilogram diri saya ini. Nyawa terasa mau putus saja.

Alhamdulillah, Allah swt. kasih semuanya. Keinginan untuk berubah. Dan sebuah langkah kecil untuk memulainya. Mengenal Freeletics. Mengenal dunia. Dan mengenal sebuah perubahan.

Saya tak pernah lelah untuk mengajak orang buat berubah. Jika dengan ini saya bisa, maka saya yakin Anda pun bisa. Anda akan bisa lari 100 meter, 5K, 10K, 21K, lari 5K di bawah 30 menit, lari 10K di bawah 60 menit, dan insya Allah akan bisa juga Full Marathon.

Tak ada kata mustahil di sini. Because Impossible is nothing. Impossible is just a word! Mari berubah. Mari Freeletics. From Tapaktuan With Love.

Itu mes kami. Yang paling tengah. Yang atapnya pakai asbes itu.

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

4 Oktober 2015


Filed under: CATATAN SENIN KAMIS, Foto, freeletics, Motivasi Tagged: free athlete, free athletes, FREELETICS, freeletics blog, freeletics blogger, freeletics cardio strength, Freeletics For Beginner, freeletics indonesia, freeletics strength, indorunners, indorunners aceh, lelarian sana sini, running

CARA JITU ATASI HDD EKSTERNAL YANG TIDAK TERBACA DI INTERNET EXPLORER DAN DISK MANAGEMENT

$
0
0

AlamakjaaaaangHard Disk Drive (HDD) External saya bermasalah. Terbaca di icon tray sudut kiri bawah dan lampu HDD nyala tapi tidak terbaca di Internet Explorer dan Disk Management. Padahal saya mau menggawe, mau nulis sesuatu, ada bahan yang perlu saya akses di sana.

Ini HDD 1 Terabyte hadiah waktu jadi juara pertama Lomba Menulis di tahun 2012 lalu. Berharga banget. Ada foto monumental, 900 tulisan, draft buku pertama dan kedua, dan file-file yang sangat berharga sekali. Lalu bagaimana dong?

Alhamdulillah setelah saya coba cari ke sana-kemari akhirnya bisa diakses lagi. Saya tulis cara ini agar kalau ada orang lain mengalami hal yang sama dengan saya tidak panik dan tetap tenang serta ikhtiar terus mencari obatnya. Insya Allah cara ini berhasil. Dengan syarat atau kondisi sebagaimana telah saya sebut di atas, namun saya ulangi lagi sebagai berikut:

  1. Di Tray Icon terbaca HDD kita saat dicolok;


  2.  Di Device and Printers ada terbaca;


  3. Lampu indikator di HDD menyala;
  4. Di Internet Explorer tidak ada atau tidak terbaca;
  5. Di Device Manager terbaca ada HDD kita yang dicolok;
  6. Di Disk Management pun tidak terbaca. Yang terakhir ini banyak tips-tips yang mengabaikan hal ini. Yakni hanya sampai di poin 3 saja. Mereka menganggap kalau di Internet Explorer tidak terbaca pasti di Disk Management terbaca. Faktanya banyak juga yang mengeluh bahwa di Disk Management tidak terbaca sehingga tidak bisa melakukan tindakan apa pun.

Ohya saya pakai Windows 8. Berikut caranya:

  1. Buka Internet Explorer;
  2. Klik Kanan Computer;
  3. Klik Manage.


  4. Nanti kebuka Computer Management.


    Sebenarnya banyak cara membuka Computer Maangement. Bisa via Control Panel. Saya via Internet Explorer agar lebih cepat.

  5. Lalu klik Device Manager;
  6. Lalu klik Other Device;
  7. Lalu klik kanan HDD yang kita punya itu;
  8. Klik Uninstall;
  9. Cabut HDD secara benar dari colokan USB;
  10. Pasang lagi HDD.

    Sampai di sini HDD saya sudah bisa terdeteksi oleh Internet Explorer. Alhamdulillah. Jika ternyata masih tak bisa. Maka:

  11. Kembali ke Device Manager;
  12. Klik Kanan di HDD kita;
  13. Scan for Hardware Changes;
  14. Update Driver Software

Itu saja semoga berhasil ya teman-teman. Jangan panik dulu. Insya Allah tidak apa-apa. Kalau tidak berhasil juga, coba cari tips-tips lainnya. Tetap semangat!

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

14 Oktober 2015



Filed under: Tutorial Tagged: cara atasi hard disk external yang tidak terbaca di internet explorer dan disk management, cara atasi harddisk external yang tidak terbaca di internet explorer, cara memperbaiki hardisk eksternal, cara memperbaiki hardisk eksternal yang tidak terbaca, cara mengatasi hardisk eksternal tidak terbaca, cara mengatasi hardisk external tidak terbaca, eksternal hardisk tidak terbaca di komputer, hardisk eksternal tidak terbaca, hardisk external tidak terbaca, hardisk external tidak terbaca di laptop, hdd external tidak terdeteksi, mengatasi hardisk eksternal yang tidak terbaca

Yang Berjasa, Yang Disingkirkan

$
0
0


Hoxsey via altcancer.net

Kanker merenggut tubuhnya. Penampilannya seperti mayat hidup. Kulit burik mengelantung lepas dari leher kurus. Kepalanya botak. Morfin telah banyak disuntikkan ke tubuhnya untuk meredakan sakit. Di bahunya ada sekumpulan daging rusak tersembunyi dengan diameter 6 inci. Gosong terpanggang sinar x yang gagal menghentikan laju kembang penyakitnya.

Itu yang digambarkan dalam buku lama yang ditulis di tahun 1999 oleh Jonathan Eisen, Guru Besar Universitas California, berjudul Suppresed Inventions & Other Discoveries. Buku yang sudah lama saya miliki terjemahannya dan baru saya baca di akhir Oktober 2015 ini.

Dr. Harry Hoxsey optimis mampu menyembuhkan pasien ini. Apalagi ia sudah menangani pasien yang kondisinya jauh lebih buruk daripada sakit yang diderita sang pensiunan sersan ini. Dr. Harry mengoleskan ramuan bubuk kuning tebal ke bahunya dan memberikan beberapa obat yang harus diminum tiga kali sehari. Sebuah pengobatan tanpa ada rasa sakit seperti dengan sinar x itu.

Dua minggu berlalu luka sang sersan mengering. Minggu keempat kankernya menciut. Minggu keenam sang sersan sudah bisa berjalan. Dan ia benar-benar bangkit dari kematiannya.

Pengobatan alternatif Dr. Harry ini sayangnya tak diakui oleh kedokteran Amerika Serikat. Karena di dunia kesehatan, gengsi dan uang jutaan dollar yang diinvestasikan pada peralatan sinar x dan radiasi serta obat-obatan telah menjadi benteng kukuh status quo yang tak mau menerima perubahan. Ini telah menjadi bisnis yang menggiurkan senilai milyaran dollar Amerika Serikat.

Dr. Harry harus menerima kenyataan bahwa pengobatan alternatifnya yang terbukti mampu menyembuhkan banyak orang ditolak oleh sekelompok orang yang mendominasi dunia kesehatan dan kedokteran. Ia dikucilkan dan tak diperbolehkan untuk membuka praktik dokternya. Sekali lagi karena penemuannya mengancam bisnis banyak orang.

Kejadian ini di tahun 1940-an. Dan sampai sekarang pun demikian. Pengobatan alternatif dianggap tidak ilmiah dan modern. Serta harus benar-benar berhadapan dengan stigma pengobatan yang tidak dijamin keberhasilannya.

Kalau kita flashback maka kita akan menemukan banyak sekali cerita tentang ortodoksi dunia kedokteran ini. Tahun 1848, Dr. Semmelweis lulusan University of Vienna, mengenalkan gagasan revolusioner meminta kepada dokter di Vienna Obstetrical Clinic buat mencuci tangan dengan air klorin sebelum masuk klinik. Hasilnya kematian setelah melahirkan berkurang drastis.

Tapi ia dikeluarkan dari rumah sakit dan butuh waktu 10 tahun membuktikannya dengan menulis teks medis yang tidak dianggap oleh rekannya yang lain. Ia meninggal dalam keadaan gila, padahal ide revolusionernya saat itu benar-benar telah menyelamatkan nyawa ibu-ibu yang melahirkan.

Dr. Joseph Lister di tahun 1867 pun mengalami hal yang sama saat ia mengenalkan pemberian antiseptik kepada pasien pasca pembedahan. Ia sering melihat pasien meninggal karena luka nanahnya. Sebuah konferensi diadakan di Inggris untuk menyerang konsep antiseptiknya itu. Seakan-akan menunjukkan Lister itu siapa berani-beraninya mengajari ahli bedah di London tentang protokol pembedahan.

Kalau kita mengenal Dr. Louis Pasteur yang bukan dokter melainkan ahli kimia saat mengenalkan bakteri pada penyakit infeksi. Dunia kedokteran berang karena orang kimia menerobos “dunia”-nya mereka.

Apalagi kita mengenal Dr. Alexander Fleming dengan antibiotik penisilin. Pengabaian dunia kedokteran pada dirinya butuh waktu 12 tahun. Ini mending, setelah dicemooh ia bahkan mendapatkan Nobel untuk sesuatu yang pernah dicela banyak orang.

Sejarah dunia bisa akan berbeda jika James Lind di tahun 1747 tidak menjalani percobaan pola makan di angkatan laut Inggris. Ia menyimpulkan kalau buah-buahan sitrun dapat menyelamatkan para pelaut Inggris dari penyakit sariawan perut. Kapten Cook mulai membagikan jeruk nipis kepada para pelautnya. Tak ada satu pun mati karena itu.

Tapi butuh waktu 48 tahun untuk memberlakukan kebijakan satu ons jus jeruk nipis setiap hari di angkatan laut Inggris. Makanan yang pada akhirnya menjadi pengganda kekuatan armada laut terbesar di dunia. Menjadi pembeda karena kemampuan angkatan lautnya mampu berlayar lebih jauh dan lebih lama. Walau nantinya angkatan laut ini disebut secara sinis sebagai limeys (si jeruk nipis).

Masih banyak contoh-contoh lain untuk menggambarkan betapa penemuan-penemuan yang benar-benar membantu dan menyelamatkan jiwa manusia seringkali harus berhadapan dengan status quo yang didukung oleh politikus dan pemerintah. Di baliknya, enggak jauh-jauh dari duit, duit, dan duit.

Maka wajar juga sih ketika ada alat yang dapat menghancurkan kanker ditemukan oleh Warsito Purwo Taruno juga awalnya dicemooh dan sampai sekarang masih belum direkomendasikan dunia kedokteran. Saya pernah baca berita tentang orang-orang yang meragukan alat ini. Bahkan ia pernah tidak diberi izin oleh Kementerian Kesehatan untuk menjadi pembicara di sebuah seminar. Alasannya Kementerian Kesehatan mendapatkan protes dari asosiasi dokter. Waow

Sebenarnya tidak hanya dunia kedokteran, ada juga di dunia energi. Kita tahu tentang blue energy yang hanya dengan air maka kendaraan bermotor bisa jalan dan kemampuannya setara dengan bahan bakar minyak. Itu memang bukan temuan baru seperti yang ditemukan di tahun 2008 dan sempat dikampanyekan oleh SBY.

Sebelum abad ke-20 pun upaya memakai energi alternatif dengan air sudah ditemukan dan dilakukan tapi masalahnya mereka berhadapan dengan sekelompok orang yang ingin sistem energi minyak tetap tidak terusik, karena bila energi air itu diterapkan maka akan menghancurkan dominasi mereka terhadap bangsa-bangsa dan dunia. Ini yang tidak mereka inginkan.

Maka dari beberapa catatan, upaya penghentian dan bahkan pembunuhan terjadi terhadap orang-orang penemu blue energy dan perusak sistem mereka itu. Salah satunya M Malcolm Vincent yang meninggal secara misterius di tahun 1989. Jadi saya berpikir juga dan ingat sewaktu ada berita yang berusaha mengerdilkan penemuan blue energy dari Jawa Timur itu. Tiba-tiba senyap saja berita itu dan dianggap sebagai upaya penipuan yang dilakukan oleh penemunya. Terbayang, para penemu di zaman dulu pun sering dianggap sebagai penipu dan penyihir.

‘Ala kulli hal, saya cuma mau berbagi yang sedikit ini dari hasil bacaan saya di akhir pekan. Sedikit pesan: “Jangan meremehkan sesuatu yang berbau alternatif.” Semoga manfaat. Tabik.

***
Riza Almanfaluthi
Dedaunan di ranting cemara
24 Oktober 2015



Filed under: Buku, CATATAN SENIN KAMIS, History Tagged: angkatan laut Inggris, blue energy, Dr. Alexander Fleming, Dr. Harry Hoxsey, Dr. Joseph Lister, Dr. Louis Pasteur, Guru Besar Universitas California, harry hoxsey, James Lind, Kapten Cook, M Malcolm Vincent, nobel, Semmelweis, Suppresed Inventions & Other Discoveries, This post was published to Blog Riza Almanfaluthi at 10:01:56 AM 10/25/2015 Yang Berjasa, University of Vienna, Vienna Obstetrical Clinic, Warsito Purwo Taruno, Yang Disingkirkan Category CATATAN SENIN KAMIS ; Buku ; History Jonathan Eisen

Ciri Kanker pada Anak, Perhatikan Bagian Tubuh ini

$
0
0


Foto Istimewa

Ciri kanker pada anak sebenarnya jauh lebih baik untuk dideteksi sejak dini. Jangan berpikir kanker hanya akan menunjukkan gejalanya ketika seseorang berada di usia dewasa, justru tanda-tandanya lebih mudah dikenali ketika masih dini. Dengan begitu, pengobatan yang diperlukan juga tentu jauh lebih mudah dan murah, bukan? BPJS Kesehatan pun akan lebih mampu digunakan karena kemungkinan perawatan yang diperlukan tidaklah begitu rumit.

Jadi, sebagai orangtua, Anda bisa memberikan perhatian yang lebih pada anak-anak. Perhatikan bagian tubuh berikut ini pada buah hati Anda, apakah ada tanda-tanda dan ciri kanker pada anak. Nah, apa saja ciri-ciri yang patut Anda waspadai tersebut?

Ciri Kanker pada Anak yang Harus Diwaspadai

  1. Leher

Jika orangtua merasakan ada benjolan di bagian leher anak yang kemudian benjolan tersebut membesar dalam waktu cukup singkat maka waspadalah. Benjol tersebut bisa jadi berbeda dengan benjol karena infeksi. Dimana perbedaannya? Benjol kanker tidak terasa sakit ataupun panas ketika disentuh, sementara benjol infeksi biasanya cukup nyeri. Oleh karena itu, segera periksakan ke dokter agar diketahui pasti apa penyebabnya. Selain kanker, benjolan di bagian leher bisa jadi diakibatkan oleh infeksi telinga atau gigi.

2. Mata

Orangtua mesti curiga apabila melihat mata anak terlihat merah, seperti mata kucing dan juga juling serta mengalami gangguan penglihatan. Anda bisa memberikan obat tetes mata untuk pertolongan pertama. Namun apabila dalam 3 hari mata merah tersebut tidak juga teratasi maka segera bawa ke pusat kesehatan terdekat. Bisa jadi mata merah adalah ciri awal kanker mata pada anak.

3. Perut

Semua organ yang ada dalam perut yang mencakup ginjal, hati dan juga indung telur dapat diserang kanker. Benjolan pada perut sebagai tanda kanker dapat dilihat dari perut anak yang membuncit. Jangan terlalu sering menekan perut anak karena malah akan memudahkah penyebaran sel kanker.

  1. Paru

Jika anak sesak napas, bisa jadi di paru terdapat benjolan. Namun tanda ini bukanlah tanda kanker paru karena tidak ada jenis kanker paru, melainkan sebaran dari kanker tulang ataupun kanker lainnya.

4. Otak

Benjolan pada otak memang tidak dapat dilihat secara kasat mata tetapi Anda bisa melihat dampak yang dihasilkan. Dampak tersebut bisa berupa muntah menyemprot, pusing, gangguan keseimbangan hingga lumpuh.

5. Alat kelamin

Jangan abaikan pula bagian ini. Benjolan karena kanker di bagian alat kelamin dapat dilihat, khususnya pada anak laki-laki. Tandanya mencakup testis bagian kanan dan kiri yang tidak sama, organ yang terserang kanker juga biasanya jadi lebih keras dan juga tidak terdapat tanda infeksi. Kanker di bagian alat kelamin pada umumnya adalah hasil sebaran jenis kanker lainnya, seperti leukimia atau kanker darah.

6. Tangan dan kaki

Benjolan di bagian tangan dan kaki mudah untuk terlihat. Jika pada anak didapati benjolan pada tangan atau kaki yang diikuti dengan nyeri atau demam maka segera periksakan ke dokter.

Sebagai informasi saja, kanker yang ditemukan pada waktu masih dalam level awal akan lebih punya kesempatan untuk sembuh sampai dengan 80 persen! Jadi, jika Anda melihat ciri kanker pada anak, jangan abaikan! Siapkan juga keluarga Anda untuk proteksi di masa depan – dengan mendaftarkan seluruh anggota keluarga pada BPJS Kesehatan. Preminya yang lebih murah dan cover semua penyakit tentu memberi manfaat terbaik!


Filed under: Sejumput Rintih

Penyebab Perut Buncit, Hati-hati dengan Kebiasaan ini

$
0
0


Foto Istimewa

Lemak sebenarnya tidak jahat, melainkan tetap dibutuhkan oleh tubuh. Namun, jika berlebihan – inilah yang jadi salah satu penyebab perut buncit. Perut buncit akibat tumpukan lemak sendiri juga tidak baik bagi kesehatan tubuh Anda secara keseluruhan.

Lemak yang menumpuk pada perut disebut sebagai Lemak Visceral. Lemak tersebut bisa mengakibatkan peradangan yang akhirnya memicu penyakit diabetes dan juga penyakit jantung. Oleh karena itu, ketika perut Anda membuncit, Anda patut waspada. Siapkan pula proteksi diri terhadap kemungkinan penyakit yang bisa saja menyerang Anda, antara lain dengan mendaftarkan diri ke asuransi ataupun BPJS Kesehatan sedini mungkin.

Kemudian, mari lihat apa saja penyebab perut buncit:

1. Sedang depresi

Wanita yang sedang dalam masa depresi cenderung memiliki lemak berlebih pada perut. Hal ini karena depresi sering kali berkaitkan dengan pengurangan aktivitas fisik dan juga pola makan yang buruk. Nah, untuk mengatasinya, sebaiknya sempatkan dan ‘paksa’ tubuh untuk berolahraga. Tidak hanya mengenyahkan lemak dalam perut, olahraga juga mampu mengubah mood Anda.

2. Sering mengonsumsi makanan cepat saji

Sering mengonsumsi makanan cepat saji sering kali dikaitkan dengan perut yang membuncit. Ini karena kandungan karbohidrat sederhana yang banyak terdapat dalam sajian makanan dan minuman di restoran cepat saji. Sebut saja keripik, burger, minuman manis yang mengandung gula dan lain sebagainya. Jadi, daripada memilih makanan cepat saji, lebih baik isi perut dengan sayuran. Dengan asupan yang berkualitas, energi yang didapat pun maksimal dan tentunya mengurangi rasa lapar.

3. Asupan mineral berkurang

Kekurangan asupan mineral juga berdampak buruk terhadap tubuh. Mineral tidak hanya didapatkan dari air putih, melainkan juga sayuran yang berwarna hijau gelap, kedelai dan juga pisang. Oleh karena itu, cukupi kebutuhan mineral dan magnesium dalam tubuh Anda agar lingkar pinggang tetap terjaga.

Selain mineral, kandungan vitamin yang terdapat pada sayur-sayuran turut membantu pembakaran lemak. Oleh karena itu, pilih sayur-sayuran yang berwarna cerah, jangan yang pucat. Ini karena sayur dan juga buah yang berwarna cerah memiliki kandungan vitamin C yang lebih banyak.

4. Peminum bir

Penelitian yang dilakukan di negeri Denmark tahun 2003 lalu mendapati bahwa bir berkaitan dengan obesitas pada perut. Walaupun bir mungkin berdampak lebih besar namun konsumsi wine juga tidak menjamin Anda akan bebas dari lemak pada bagian perut. Jadi, jika masih ingin minum minuman beralkohol, setidaknya Anda bisa mengurangi jumlah yang Anda teguk. Sebagai informasi saja, peminum kelas ringan memiliki kecenderungan untuk alami kenaikan berat badan dan penumpukan lemak pada bagian tubuh mana saja.

5. Kurang berkeringat ketika berolahraga

Mungkin saja Anda sudah berolahraga secara rutin namun bisa jadi masih kurang untuk memangkas lemak atau mencegah pertumbuhan lemak di perut. Olahraga yang berintensitas tinggi tentu jauh lebih cepat membakar kalori dan lemak. Sebagai contoh, jika Anda suka bersepeda maka coba untuk tingkatkan kecepatan Anda mendayung. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah mengeluarkan keringat!

Dengan menjalani pola hidup sehat dan menghindari penyebab perut buncit ini, tentu kesempatan Anda untuk menimalisir kemungkinan penyakit akan jauh lebih besar. Namun tentu saja, tetap ingat untuk pastikan diri Anda sudah jadi peserta salah satu program jaminan kesehatan yang tepercaya. Salah satunya adalah BPJS yang dihadirkan oleh pemerintah. Fasilitas pelayanan yang semakin berkembang tentu membuat Anda jadi lebih lega, bukan?


Filed under: Sejumput Rintih

KPP PRATAMA TAPAKTUAN: Di sini, Tiada Henti Membongkar Tacit Knowledge

$
0
0


Hujan turun deras di sore itu seperti air yang disiram ke jalanan kering karena debu kemarau. Langit gelap membungkus. Samudra Hindia menjadi kelabu tak berdaya. Ombaknya memukul-mukul pantai dengan kencang nyaris tanpa kasihan. Angin berhembus yang menggoyangkan dahan-dahan pohon ikut menemani. Tapi gedung megah berlantai tiga ini berdiri kokoh dengan kaki-kakinya menghunjam ke tanah, dalam-dalam. Tak peduli.

Inilah gedung baru Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tapaktuan. Dibangun sejak 2013 dan selesai di pertengahan 2014. Merupakan bangunan termegah di tiga kabupaten yang menjadi wilayah kerjanya: Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan Simeulue.

Kabupaten Aceh Selatan meliputi 16 kecamatan beribukotakan Tapaktuan tempat gedung ini berada. Sedangkan Kabupaten Aceh Barat Daya meliputi 9 kecamatan dengan ibu kota Blangpidie, tempat Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Blangpidie. Dan Kabupaten Simeulue yang berada di pulau seberang meliputi 8 kecamatan, dengan ibu kota Sinabang, tempat KP2KP Sinabang berada.

Pada November 2014, gedung itu resmi digunakan sebagai kantor baru setelah boyongan dari rumah toko yang dikontrak sejak tahun 2008. Sekarang kantor ini menjadi episentrum aktivitas seluruh pegawainya untuk meraih target penerimaan pajak 2015 yang telah ditetapkan.

Prestasi itu Mesti

Tahun 2014 yang ditutup dengan penuh kegembiraan menjadi modal kerja keras di tahun 2015. Prestasi banyak ditoreh. Menjadi KPP dengan indeks kepuasan Wajib Pajak terhadap Pelayanan Perpajakan tertinggi se-Kantor Wilayah DJP Aceh atau peringkat 14 nasional. Mendapatkan penghargaan atas prestasi dalam Pencapaian Target Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh dengan prosentase sebesar 113,41%.

Selain itu KPP Pratama Tapaktuan juga meraih penghargaan peringkat 3 se-Kantor Wilayah DJP Aceh dalam Lomba Pelayanan, dua tahun berturut-turut dalam meraih target 100% e-Filling, serta ditutup paripurna dengan pencapaian Target Penerimaan Pajak Tahun 2014 sebesar 103,97%.

Kerja keras itu tetap berlanjut di tahun 2015 dengan target pencapaian penerimaan pajak yang lebih tinggi lagi. Naik 73% dari target tahun 2014 lalu. Kerja keras tetap dilakukan dan doa senantiasa dipanjatkan. Hasil diserahkan kepada Sang Maha Berkehendak.

Doa yang dilaksanakan setiap pagi dan memenuhi ruang-ruang kantor menjadi aktivitas pertama yang dilaksanakan untuk pencapaian itu. Sebagai tanda keberimanan bahwa semua upaya keras itu tak lepas dari campur tangan-Nya.

Sumber Daya

Dengan target besar itu Jailani, Kepala Kantor, dibantu dengan 8 kepala seksi dan kepala subbagian, 2 Kepala KP2KP, 3 fungsional, 13 Account Representative, dan 29 pelaksana siap dalam kerja-kerja keras itu.

Ada 44 ribu lebih Wajib Pajak yang dilayani dan diawasi para penggawa KPP. Terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi 37.888, Wajib Pajak Badan 4517, dan Wajib Pajak Pemungut sebanyak 2288. Dengan karakteristik Wajib Pajak seperti demikian, maka pengawasan terhadap Bendahara menjadi hal yang pokok dan rutin. Karena prosentase terbesar dari pencapaian penerimaan ada pada Wajib Pajak Bendahara tersebut. Sembari melakukan kegiatan ekstensifikasi dan penggalian potensi terhadap Wajib Pajak Badan.

Terutama untuk sektor-sektor usaha menonjol dan mempunyai potensi perpajakan seperti perkebunan kelapa sawit dan pala, sektor usaha konstruksi, serta di sektor perdagangan walaupun Gubernur Aceh telah menetapkan tiga kabupaten ini termasuk dalam zona pertanian.

Tentu ada banyak halangan dan hambatan dalam penggalian potensi itu tetapi tidak menyurutkan langkah mereka untuk memberikan yang terbaik dalam tugas mulia itu. Salah satu hambatannya adalah data Wajib Pajak yang kurang akurat sehingga sulit diketemukan di lokasi usaha.

Namun aplikasi Geotagging yang menjadi program nasional menjadi sebuah upaya yang banyak membantu. Inilah yang sedang dan seterusnya menjadi salah satu kerja KPP dalam membenahi data Wajib Pajak. Kelak dengan aplikasi ini nantinya seluruh Wajib Pajak terdokumentasikan dan terlacak dengan mudah.

Knowledge Management

Kesudahannya, sinergi dan kebersamaan dari seluruh pegawai menjadi variabel penting dari segala pencapaian dan upaya-upaya tiada henti dalam menggapai target tersebut. Salah satu wujud kebersamaan itu adalah adanya in house training (IHT) mingguan. Dari dan untuk pegawai. Pun, wajib diisi oleh para pegawai yang mendapatkan workshop atau sosialisasi dari eksternal kantor.

IHT mingguan ini penting untuk membongkar tacit knowkedge—pengetahuan yang dimiliki individu yang sulit dikomunikasikan. Terutama tentang bagaimana cara menggali potensi Wajib Pajak.

Kerja merubah tacit knowledge menjadi explicit
knowledge—pengetahuan yang telah diartikulasikan sehingga lebih terstruktur dan dapat disimpan, serta dapat dipindahkan ke siapapun dengan mudah, adalah bagian dari Knowledge Management yang dikembangkan terus menerus oleh KPP Pratama Tapaktuan.

Esensinya adalah agar organisasi tidak kehilangan pengetahuan dan pengalaman berharga yang dimiliki seorang pegawai yang keluar dari organisasi tersebut. Ujungnya adalah kemanfaatan buat organisasi juga.

Dan pada akhirnya hujan yang masih turun di sore menjelang petang itu tak sedikit pun merusak suasana IHT yang sedang berlangsung di lantai dasar gedung, ruang Seksi Pelayanan berada. Karena ada kopi Aceh yang termasyhur nikmatnya, panas, wanginya semerbak, terhidang di meja bersama pisang goreng hangat menjadi kudapan peneman penutup hari. Sempurna.

Di pantai, di seberang kantor, pantainya masih putih, masih dijilat-jilat ombak.

(Riza Almanfaluthi)

Artikel ini dimuat di e-Magz Direktorat Jenderal Pajak edisi Oktober 2015.


Filed under: Berita Tagged: Aceh Barat Daya, blangpidie, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Blangpidie, e-magz DJP, explicit knowledge, indeks kepuasan Wajib Pajak terhadap Pelayanan Perpajakan, kabupaten aceh selatan, Kantor Pelayanan, kantor pelayanan pajak pratama tapaktuan, knowledge management, KP2KP Sinabang, kpp pratama tapaktuan, Lomba Pelayanan, Penyuluhan, samudra hindia, Simeulue, tacit knowkedge

APPLE VS GOOGLE: Perseteruan Korporasi Besar yang Melahirkan Revolusi Teknologi Digital

$
0
0


Judul Buku    :     Apple vs Google: Perseteruan Korporasi Besar yang Melahirkan Revolusi Teknologi Digital

Penulis        :    Fred Vogelstein

Penerbit    :     Bentang

Cetakan    :     2015

Tebal        :     viii + 372 hal

Kematian perusahaan ternama di industri teknologi ini benar adanya dan sudah memakan banyak korban. Akankah terulang lagi?

Apple dan Google terkenal sebagai perusahaan peraup laba terbesar dan pencipta inovasi penting. Apple dengan iPhone dan Google dengan Androidnya. Jauh sebelum itu Apple menciptakan Macintosh dan iPod. Google dengan mesin pencari kelas wahid. Memang ada beda. Ini seperti sesuatu yang tidak bisa dipertarungkan. Yang satu menghasilkan perangkat keras, sedangkan yang lainnya dengan perangkat lunaknya.

Lalu apa yang diperebutkan oleh dua perusahaan terbesar di dunia ini? Platform. iPhone dan Android sedang memperebutkannya. Pemenang perseteruan ini biasanya mendapatkan pangsa pasar dan laba melebihi 75%. Yang kalah hanya bisa berjuang agar bisa bertahan.

Dominasi Apple dengan cara mengikat konsumen iPod agar bergantung kepada iTunes, tempat musik dikumpulkan dan dijual. Simbiosis ini menjadikan Apple efektif memonopoli pasar pemutar musik. Setelahnya, pemilik iPhone tak bisa memutuskan hubungannya dari AppStore. Keterikatan Ini menjadikan saham Apple sebagai saham paling bernilai di tahun 2012 dan berperforma paling baik sepanjang masa.

Lalu Google merangsek dengan Android, walau keduluan oleh iPhone di tahun 2007. Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat seluler. Google tidak menjual smartphone, ia memberikan Android secara cuma-cuma kepada para pembuat perangkat, operator nirkabel, dan pengembang aplikasi.

Inti bisnisnya adalah semakin banyak orang memakai sistem operasi Android maka semakin banyak orang terhubung dengan server Google, entah dengan email, buku alamat, kalender, dan banyak aplikasi Google lainnya. Ini berarti semakin banyak iklan yang terjual. Bukankah Google adalah perusahaan yang mulanya menjual iklan dengan mesin pencariannya itu?

Semakin lengkap keterikatan konsumen dengan Android karena Google menyediakan toko aplikasi Google. Apalagi Android memberikan keuntungan yang lebih besar kepada pengembang aplikasi dibandingkan Apple. Jangan lupa, di Amerika Serikat, Android memecahkan kebuntuan operator nirkabel selain AT&T yang juga ingin mendapatkan keuntungan. Karena Apple selama ini hanya bekerjasama dengan AT&T. Pun, dengan semakin banyaknya produsen ponsel mana saja boleh membuat telepon dengan Android, pengguna platform Android mampu melampaui Apple.

Yang tidak diinginkan oleh Apple adalah beralihnya konsumen Apple ke Android. Maka Steve Jobs meradang, dengan segala cara ia berusaha menekan pertumbuhan Android. Jobs merasa bahwa Android telah mencuri ide-idenya. Ia mengajukan gugatan. Tapi Jobs tidak menggugat Google, melainkan pembuat ponsel Android seperti Samsung, HTC, dan Motorola.

Pada akhirnya siapa yang kalah dari pertarungan ini? Akankah Steve Jobs dengan Applenya kalah kembali setelah pertarungannya dengan Microsoft di era 1980-an? Dalam pertarungan ini tidak ada koeksistensi harmonis yang sama-sama menguntungkan. Satu harus menang, satu jadi pecundang. Bahkan mati. Tanda-tandanya diuraikan dalam bagian akhir buku ini.

Buku ini sangat menarik untuk dibaca setelah buku biografi Steve Jobs yang di Indonesia diterbitkan oleh penerbit yang sama. Fred Vogelstein dengan pengalaman selama belasan tahun sebagai editor dan kontributor bidang industri teknologi dan media di majalah Wired menyajikannya dengan runut dan gamblang tentang perseteruan ini.

Vogelstein sudah meramalkan terjadinya pertarungan ini kala ponsel yang laku pada saat itu hanyalah Nokia, RIM, Sony Ericsson, dan Motorola. Dan dengan keterampilan menulis Vogelstein ini, ia mengharapkan pembaca memahami bahwa ada adu teriak, bentakan, main tikam dari belakang, keputusasaan, kepanikan, dan rasa takut di balik kelahiran iPhone dan Android. Begitu pula mulanya buku ini.

    Sebagaimana ulasan Fortune, buku ini memberikan rincian cerita yang belum pernah dilaporkan sebelumnya. Kisah tentang Andy Rubin yang menggawangi Android di saat-saat peluncuran iPhone ditulis panjang di sini. Apalagi cerita tentang sebuah peranti yang dulu pada zaman kemunculannya tidak punya pasar, bahkan Departemen Pertahanan Amerika Serikat batal menggunakannya: Gorilla Glass. Kaca terkeras yang pernah dibuat untuk jet tempur, sekarang untuk iPhone.

    Buku ini dipenuhi dengan kutipan-kutipan memikat yang menarik mata. Kutipan yang tidak sekadar kutipan melainkan satu kalimat kutipan bernas yang beberapa katanya disorot dan bukan merupakan pengulangan yang hanya akan membuat lelah pembaca.

Tak rugi Anda membacanya apalagi memilikinya. Selamat membaca.

***

Riza Almanfaluthi

8 November 2015

http://www.dakwatuna.com/2015/11/09/76653/apple-vs-google-perseteruan-korporasi-besar-yang-melahirkan-revolusi-teknologi-digital/#axzz3qwzPFEVf

Artikel ini telah dimuat di dakwatuna.com.


Filed under: Buku, Resensi Tagged: ANDY RUBIN, apple, APPLE VS GOOGLE, AT&T, DIGITAL, FRED VOGELSTEIN, google, KORPORASI, MAJALAH FORTUNE, MATI, MENANG, MICROSOFT, MOTOROLA, NOKIA, PENERBIT BENTANG, revolusi, rim, SETERU, SONY ERICSSON, steve jobs, TEKNOLOGI

15 MINGGU KETIGA FREELETICS. DONE!

$
0
0


It hurts now, but one day it will be your warm up.

Itu salah satunya. Ada lagi kalimat yang lain.

Enjoy the difficult. Because the best view only comes after the hardest climb.

Faktanya memang demikian.

Akhirnya 15 minggu yang ketiga Freeletics ini usai saya jalani. Berarti ada 45 minggu saya menekuni secara serius olahraga individual ini. Di luar tiga minggu percobaan tentunya. Di 15 minggu awal adalah Freeletics Cardio & Strength yang fokus pada penurunan berat badan. Sukses menghancurkan lemak sebanyak 16 kg. Sedangkan di 15 minggu kedua dan ketiga adalah Freeletics Strength yang fokus pada penguatan otot. Berat badan tetap bertahan di kisaran 60 kg-an.

Banyak yang saya dapatkan. Yang paling serius adalah mengatasi rasa bosan dan lelah. Tapi akhirnya bisa juga melalui semua itu. No pain no gain-lah. Saya memang merasa capek dan lelah menjalani itu. Pertanyaan “what for” selalu menggantung di kepala saat menghabiskan detik-detik dalam hitungan waktu Freeletics. Tapi saya selalu ingat kalimat motivasi ini.

It hurts now, but one day it will be your warm up. Itu salah satunya. Ada lagi kalimat yang lain. Enjoy the difficult. Because the best view only comes after the hardest climb. Faktanya memang demikian. Selalu ada rasa puas kalau berhasil menyelesaikan satu workout. Mungkin, endorphin langsung mengalir ke seluruh tubuh usai menjalani semua itu.fs

Catatan-catatan

Banyak juga yang harus saya kasih catatan dalam 15 minggu ketiga ini. Terutama Zeus yang masih tidak bisa “Star” karena masih menggunakan Pikes dan bukan Kipping HS Pushups.

Ohya saya sekarang sudah pakai Venus dan Zeus yang ada di aplikasinya yang baru. Dulu saya pakai Venus gaya lama yang ada jackknives dan deep squats yang melelahkan itu. Sekarang di aplikasi yang baru itu jackknives diganti dengan situps dan deepsquats diganti dengan squats yang biasa saja. Akhirnya ini mempercepat waktu.

Sedangkan untuk Zeus, dulu di aplikasi lama rincian gerakannya adalah 5 kipping HS pushups, 15 pullups, 25 pushups, 35 situps, dan 45 squats. Di aplikasi yang baru, repetisi masing-masingnya ditambah 5 kali. Jadi ada 10 kipping HS pushups, 20 pullups, 30 pushups, 40 situps, dan 50 squats. Tentunya ini menambah lama waktu dan melelahkan. Ya tidak apa-apa. Ini konsekuensinya. Harus dijalani dalam kondisi apa pun.

Catatan terakhirnya adalah di pekan terakhir saya tidak bisa menuntaskan 14 workout yang ada dalam tujuh hari melainkan selama 12 hari. Ya tidak apa-apalah. Yang penting selesai semua. Seharusnya no excuse di minggu neraka itu. Tapi apa daya, pas waktunya perjalanan pulang dan tenggorokan tidak enak karena sering minum-minum dingin.

Personal Best

Banyak kemajuan yang saya raih. Terutama dalam hal Personal Best (PB). Sekitar 30 dari 39 workout yang ada terpecahkan semua PB-nya di 15 minggu ketiga ini. Yang paling fenomenal menurut saya adalah saya bisa berlari half marathon dan bisa lari dengan pace di bawah enam menit. Berarti saya bisa lari 5K di bawah 30 menit dan 10K di bawah 60 menit.

Aphrodite di angka 16 menit 24 detik. Metis diselesaikan dalam waktu 4 menit dan 9 detik. Dan terpenting lagi adalah situps 500 repetisi yang diselesaikan dalam waktu 15 menit 53 detik. Ini mengalahkan Vanessa Gebhardt dan Christian Meisersick yang gila-gilaan dalam Freeletics. Tapi saya yakin sih, di atas langit masih ada langit. Jadi biasa saja kali.



Nafas Panjang

Ada keinginan yang terbersit dalam hati untuk menambah menu latihan dalam seminggu itu. Tapi saya pikir-pikir jangan terlalu “serakah”. Yangdibutuhkan dalam Freeletics ini adalah nafas panjang perjuangan atau dengan kata lain adalah konsistensi. Yang penting terus menerus walaupun sedikit. Daripada terlalu bersemangat lalu lemah di akhir.

Jadi saya merasa cukuplah dengan latihan-latihan berdasarkan menu lama tanpa pelatih ini. Jadikan Freeletics sebagai gaya hidup. Bukan untuk sok-sokkan dan gagah-gagahan. Pertarungan saya dengan Freeletics masih lama dan insya Allah akan lama. Sebagai investasi kesehatan di masa yang akan datang. Itu saja.

Efeknya adalah saya tidak merasa tertantang untuk mengikuti tantangan-tantangan yang dibuat teman-teman. Biarlah itu urusannya yang muda-muda. Perjalanan saya masih jauh. Jadi saya fokus di tujuan yang telah saya tetapkan. Yaitu olahraga secara konsisten dan terukur.

Kerinduan

Ada sebuah kerinduan yang membuncah. Pasnya bukan kerinduan. Karena dikatakan kerinduan jika kita pernah mengalami sesuatu lalu kita menginginkannya kembali. Sedangkan saya belum pernah mengalaminya. Apa itu? Ikut lomba lari. Pengen banget. Mupeng kalau lihat-lihat postingan teman-teman sehabis lomba itu.

Loh, kenapa tidak sekarang saja ikut langsung lomba-lomba itu? Penugasan di Tapaktuan ini membuat banyak yang harus dikorbankan untuk bisa mengikuti lomba lari seperti itu. Terutama waktu berkumpul dengan keluarga. Waktu yang lebih berharga daripada semua yang ada di dunia ini Bro, menurut saya. Apalagi waktunya sempit kalau saya pulang ke Bogor. Jadi nanti sajalah, kalau saya dipindahtugaskan dan ditakdirkan bisa berkumpul dengan keluarga lagi, insya Allah saya akan ikut.

Alone Without Clap-clap

Saya yakin semua yang ingin berubah bisa menjalani apa yang diberikan di Freeletics. Masalahnya adalah mau tidak untuk berjuang sendirian tanpa ada yang melihat dan gempita tepuk tangan? Karena kebanyakan latihannya memang sendirian. Terkecuali kalau kita punya waktu untuk bergabung di sweatcamp yang diselenggarakan oleh komunitas Freeletics di daerah masing-masing.

Kalau Anda punya tekad yang kuat tentunya tak masalah berjuang sendirian. Faktanya saya mampu melakukan semua itu. Apalagi Anda. Jadi walau tidak ada yang secara nyata membimbing Anda tetaplah Anda harus konsisten dan bersemangat untuk berlatih. Saya 100% berlatih sendirian. Tidak pernah bergabung dalam sweatcamp atau apalah namanya. Dan berhasil. Walau tetap saya sarankan untuk bergabung dalam komunitas maya di internet. Itu mutlak. Sebagaimana saran saya di tulisan Freeletics buat pemula.

Selanjutnya Apa?

Menu Freeletics lama sudah habis. Saya berniat untuk mengambil menu coach nanti di bulan Januari 2016, Insya Allah. Sambil menunggu bulan Desember lewat, saya akan mencoba-coba menu-menu yang ada di aplikasinya. Terutama menu-menu baru seperti Nyx, Morpheus, Prometheus dan lain-lain. Ditambah dengan menu lari yang diperbanyak. Juga menjajal menu lama yang belum pernah saya sentuh seperti Kronos, Gaia, Helios dan lain sebagainya. Tentunya perlu saya susun sendiri menu dalam seminggunya.

Ok, let’s get it on. You can do it!!!

***

Riza Almanfaluthi

Dedaunan di ranting cemara

Tapaktuan, 26 November 2015




Filed under: freeletics Tagged: Aphrodite, Christian Meisersick, coach, deepsquats, FREELETICS, freeletics cardio strength, freeletics strength, Gaia, half marathon, Helios, jackknives, kipping HS pushups, Kronos, Metis, Morpheus, Nyx, pace, Personal Best, Pikes, Prometheus, pullups, pushups, situps, situps 500 repetisi, squats, Vanessa Gebhardt, venus, Zeus

Dokter Cilik dan Stetoskop Ajaibnya

$
0
0


Judul            : Syifa dan Stetoskop Ajaib

Penulis        : Sri Widiyastuti

Penerbit        : DAR! Mizan

Tahun        : 2015

Tebal            : 124 Halaman

ISBN            : 978-602-242-743-8

Syifa anak kelas tiga sekolah dasar yang bercita-cita menjadi dokter. Mama Syifa mengikutkan Syifa ke ekstrakurikuler dokter kecil di sekolahnya. Suatu ketika, ia mengikuti lomba dokter kecil tingkat sekolah dasar yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Kota Bogor.

Tak menyangka ia menjadi juara pertama lomba itu. Sebagai hadiahnya Syifa mendapatkan piala dan sebuah stetoskop berwarna merah. Ajaib, alat yang biasa dipakai dokter dan digunakan untuk memeriksa suara dalam tubuh ini ternyata bisa bicara dan bergerak-gerak. Benda itu hidup.

Ayaya, stetoskop ini namanya Stevi. Dulu Stevi memiliki seorang tuan yang sudah menjadi dokter spesialis. Stevi mencari tuan barunya. Syifalah orangnya. Akhirnya Syifa dan Stevi menjalin persahabatan dan memulai petualangan-petualangan barunya.

Sejak saat itu Stevi selalu dibawa kemana-mana oleh syifa dan menjadi tempat bertanya Syifa jika ia menjumpai temannya yang sedang sakit. Stevi sering memberikan saran dan nasihat yang baik buat Syifa dan temannya.

Sebagai sahabat karib, Stevi juga meluruskan hal-hal yang tidak benar dan menjadi mitos dalam pikiran teman-teman Syifa. Seperti bintitan bukan karena Vania—teman Syifa—habis mengintip atau jari cantengan gara-gara menunjuk pelangi. Apa betul kalau gondongan itu harus diobati dengan blawu, serbuk biru untuk memutihkan baju?

Ada 26 petualangan Syifa dan Stevi dalam buku ini. Masing-masing dengan cerita dan jenis penyakit berbeda yang biasa diderita anak-anak. Mulai dari cegukan, belekan, bisul, kutuan, cacingan, amandel, gondongan, dan masih banyak lagi lainnya. Penyebab dan penyembuhnya diterangkan dengan jelas dalam setiap cerita.

Sri Widiyastuti mampu membuat setiap petualangan dan tokohnya itu hidup. Tentu dengan tidak meninggalkan hal yang semestinya ada pada anak-anak: kepolosan dan tanpa pamrih.

Buku ini kaya dengan pengetahuan dan mampu menjawab rasa penasaran anak-anak terhadap suatu penyakit. Karena menyasar kepada anak-anak, halaman kertasnya penuh warna mulai lembar awal sampai terakhir. Disertai pula dengan ilustrasi yang menarik.

Apalagi ditambah dengan kesimpulan di akhir cerita, semacam “Tahukah Kamu?”. Ensiklopedis tapi tak sampai mengerutkan kening. Sesekali Sri juga menyertakan anagram, jenis permainan kata atau huruf yang diacak untuk membentuk kata lain. Sebagai penutup, Sri memberikan teka-teki, meminta kepada teman-teman kecil untuk menemukan 9 nama penyakit.

Dari berbagai literatur yang ada, salah satu cara menarik minat baca sekaligus membangun kecerdasan emosional anak-anak adalah dengan memberikan cerita dongeng. Buku yang dilabel sebagai buku dongeng kesehatan ini memang memenuhi itu dan layak sebagai buku anak-anak. Sarat cerita moral yang membangkitkan rasa empati anak.

Buku dongeng yang tak mesti harus dimulai dengan “pada zaman dahulu kala” dan “akhirnya mereka bahagia selama-lamanya” sebagai pamungkas.

***

Riza Almanfaluthi

Resensi ini telah dimuat di Koran Republika tanggal 20 November 2015.

http://epaper.republika.co.id/uploads/20151120/zoom/36.jpeg


Filed under: Buku, Resensi Tagged: buku dongeng, dinas kesehatan kota bogor, dongeng kesehatan, sri widiyastuti, stevi, syifa, Syifa dan Stetoskop Ajaib

CERITA SERU DI BALIK PENEMUAN INI

$
0
0


Ini cara mencari koran Republika versi cetak atau epaper edisi lama atau di tanggal yang lebih tua. Atau bisa juga cara mendownload (mengunduh) epaper Republika. Kok bisa-bisanyua saya menulis begini? Ada cerita serunya ternyata.

Jadi suatu ketika saya mengirimkan sebuah resensi ke Koran Republika di pertengahan November 2015. Kemudian setelah saya kirim saya tidak mengingat-ingat dan memantau-mantau lagi. Tiba-tiba sore ini saya ingat tentang resensi tersebut. Seperti biasa saya Googling terlebih dahulu. Ternyata hasil pencarian itu mengarah di situs Republika Online.

Resensi saya itu ada di halaman ini. Tepatnya di Home-Koran-Dialog Jumat tertanggal 20 November 2015. Sebagai sebuah petunjuk maka resensi saya ini sudah dimuat di halaman offline atau versi cetak (epaper) Koran Republika. Masalahnya saya tak punya korannya. Bagaimana caranya saya melacak keberadaan Koran Republika yang sudah seminggu lewat itu?

Saya Googling cara mendapatkan Koran Republika versi cetak via online. Ketemu alamat situs epaper Republika. Tepatnya di epaper.republika.co.id. Tapi untuk bisa mengaksesnya saya harus daftar dan login dulu. Ada versi COBA sebelum kita benar-benar berlangganan berbayarnya. Maka saya pun mendaftar dan masuk untuk akses koran cetak Republika.

Ketika halaman itu terbuka yang tampak adalah koran Republika hari itu juga. Kita tidak bisa akses hari-hari sebelumnya. Alamat di address bar pun tak bisa diutak-atik juga. Yang ada hanya alamat seperti ini: http://epaper.republika.co.id/main.

Tapi saya tak kehabisan akal. Saya coba membaca page source-nya dengan cara meng-klik kanan halaman. Ketemu dengan alamat halaman seperti ini:

http://epaper.republika.co.id/uploads/20151128/thumb/1.jpeg

 


 

Saya copas tautan itu ke address bar baru. Dan mengganti tanggalnya dengan tanggal 20 November 2015. Binggo!!! Bisa!!! Cuma itu versi kecilnya. Versi seukuran jempol. Tentunya tidak bisa terbaca. Pasti ada cara lain. Pasti ada tautan dengan ukurannya yang besar. Saya coba perhatikan dengan seksama page source-nya. Ketemulah tautan ini:

http://epaper.republika.co.id/uploads/20151128/zoom/1.jpeg

 


Saya copas tautan itu ke address bar baru. Dan mengganti tanggalnya dengan tanggal 20 November 2015. Binggo!!! Bisa!!! Dan dalam layar yang lebar. Saya cari satu persatu di mana resensi saya di berada. Caranya dengan mengganti angka di depan huruf “.jpeg”. Saya ganti angka 1 sampai angka 36. Dan ternyata di muat di sana.

Nah, cerita saya di atas adalah cara panjangnya. Cara pendeknya adalah begini:

  1. Buka epaper Republika;
  2. Klik kanan di ruang kosong tepat di Koran Republika-nya;

  3. Lalu Copy Lokasi Gambar;
  4. Buka halaman baru browser Anda;
  5. Paste lokasi gambar di address bar;
  6. Ganti tanggal dengan tanggal yang dikehendaki;
  7. Cek satu per satu halaman dengan ganti nomor halaman yang dicari.

    Semoga manfaat.

    ***

    Riza Almanfaluthi

    Dedaunan di ranting cemara

    28 November 2015


Filed under: Tutorial Tagged: cara cari koran lama, cara download epaper, cara download epaper republika, cari koran lama, epaper republika, koran versi cetak republika, republika

Cara Mudah Menangkap Dan Memenjarakan Ide Menulis

$
0
0


Stephen King via Whatculture.com

For King, if an idea is truly good, if it just needs to be written, it won’t leave.

~~~J.D. Bentley.

Mencari ide menulis bisa dari banyak hal. Dari membaca, mengunjungi suatu tempat, mendengarkan ceramah, jalan-jalan, pembicaraan dengan orang lain, saat bekerja, sampai saat di kamar mandi.

Tapi memang mencari inspirasi menulis itu rada-rada susah. Sabtu kemarin adalah hari paling menggelisahkan. Saya bengong-bengong di atas kasur, bingung mau menulis apa. Sampai-sampai muncul pikiran buruk kalau-kalau saya sudah tidak bisa menulis lagi.

Dulu saya pernah menyarankan salah satu cara untuk tidak kehilangan ide menulis itu dengan menabung ide. Caranya? Tulis dan kumpulkan ide itu di suatu tempat. Bisa di email, di telepon genggam, dan lain sebagainya.

Memang itu yang biasa saya lakukan tapi minggu-minggu ini bahkan dalam hitungan bulan sudah tidak dikerjakan lagi. Masih berpikir daya ingat saya masih kuat untuk mengingat kembali ide-ide menulis yang pernah mampir di kepala.

Nyatanya tidak. Terasanya sekarang. Tapi sesekali waktunya tepat. Ide mengalir begitu derasnya seperti sungai Cimanuk yang sedang kebanjiran. Satu peristiwa bisa sampai menghasilkan dua ide. Contohnya kemarin itu. Sewaktu saya tahu bahwa artikel resensi saya dimuat di koran Republika, kepala saya memantik dua gagasan. Seperti ada cahaya terang.

Pertama, ide tentang bagaimana caranya “uprek-uprek” epaper Republika. Ini sudah saya tulis dan unggah di blog saya langsung. Kedua, tentang pertanyaan krusial yang diajukan oleh teman saya saat saya memberitahukan di grup Whatsapp kami tentang pemuatan artikel itu. Teman saya ini mempertanyakan apakah resensi saya itu resume atau bukan dan apakah saya sudah membaca buku yang saya resensi itu atau belum. Yang terakhir ini belum saya tulis.

Dua ide ini sudah cukup menyemangati saya kembali buat menulis. Seakan menemukan water station saat ikut lomba lari. Setelah itu saya tak menyia-nyiakan ide yang datang mendadak dan tak mau ide itu kabur lepas dari kepala saya.

Saya langsung ambil kertas, kemudian menulis ide di sana, dan memantek kertas itu (jangan bayangkan memantek ubun-ubun Kuntilanak) di sebuah paku yang tertancap di dinding kamar. Supaya saya dengan mudahnya melihat-lihat setiap saat dan mengeksplorasi ide itu lebih dalam lagi.


Kalau di telepon genggam atau email mungkin kita malas membukanya yah. Karena harus buka email (dengan memasukkan username dan password terlebih dahulu), telepon genggam, atau laptop dulu. Kalau dicoblos di paku kan lebih enak. Tinggal lihat dan pilih-pilih saja. Jadi saya seperti orang kuno, masih suka baca buku offline daripada online. Masih suka yang ada sentuhan nyatanya.

Maka malam ini sudah ada tiga ide yang tertulis di atas kertas itu. Tinggal aksi saja.

Tapi cara ini menurut Stephen King seperti buang-buang waktu saja. Anda tahu siapa Stephen King? Ia adalah penulis kontemporer Amerika yang novel-novelnya sering diadaptasi ke layar lebar.

Dia bilang begini yang pada intinya, kalau ide itu bagus ide itu tidak akan pergi ke mana. Dan suatu ide akan dikatakan bagus, jika ide itu dibutuhkan untuk ditulis. Bahkan sekalipun dilemparkan ke tempat paling tersembunyi sekalipun, ide yang bagus akan sering muncul dari tempat persembunyiannya. Dan ketika muncul, ide itu selalu segar. Semakin sering muncul, berarti ide itu adalah ide yang baik.

Jadi menurut Stephen King, ide itu tidak perlu ditulis. Yah, masing-masing orang punya caranya tersendiri untuk menangkap dan memenjarakan ide yang bermuara pada pembebasan ide menjadi sebuah tulisan.

Apa pun itu dan bagaimana pun caranya, tetaplah Anda menulis. So, write!

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

29 November 2015



Filed under: Tips Menulis Tagged: cara mencari ide menulis, cara mendapatkan ide menulis, ide menulis, j.d. bentley, republika, stephen king, tahun 2016 tahun penegakan hukum, Tips Menulis

Ini Soal Bertengkar dengan Istri, Pergilah ke Tempat Ini.

$
0
0

image

Di suatu hari saya pulang ke rumah dalam keadaan letih dan penuh beban. Saya membuka pintu ketika tiba-tiba istri saya menunggu penuh tanda marah dan emosi.

Dia langsung menjejali saya dengan berbagai pertanyaan. Saya tidak bisa menguasai diri, lalu menghadapinya dengan emosi dan marah yang sama.

Malam sudah larut, sementara debat dan marah terus berlanjut sampai menjelang Subuh. (Lama kaliiiiii…). Akhirnya, istri saya mengambil inisiatif meninggalkan rumah dan pergi ke rumah orang tuanya. (Ini seperti lagu jadul. Lagu tahun 90an. Sepertinya lagu Betharia Sonata. Pulangkan saja aku pada ibuku.)

Saya berusaha mengurungkan tekadnya, tapi tidak berhasil, dia masuk kamar kami, mempersiapkan tasnya untuk bergegas pergi.

Saya meninggalkannya dan keluar dari rumah tanpa tahu ke mana harus pergi, saya sangat emosional dan marah.

Di samping rumah saya terdapat sebuah masjid, dan azan sebentar lagi dikumandangkan. Saya masuk masjid, berwudu, dan salat dua rakaat. Tak lama kemudian adan Shubuh dikumandangkan, saya pun salat Subuh berjamaah.

Saya diam di masjid, beristighfar kepada Allah swt, dan keadaan itu terus berlangsung kurang lebih satu jam. Lalu saya bangkit pulang ke rumah dan membuka pintu ketika tiba-tiba istri saya duduk menunggu saya dengan senyum.

Saya mengucapkan salam dan bertanya, “Kamu masih berkeras hati ingin pergi?” (Ini mending pakai “kamu”, biasanya “situ”).

Dia berkata, “Tidak. Saya menyesal atas apa yang telah saya perbuat.”

Saya bergumam, “Ini aneh, apa yang terjadi?” Kemudian saya bertanya tentang rahasia dibalik perubahan ini.

Dia menjelaskan, “Demi Allah, saya tidak tahu… akan tetapi sejak satu jam yang lalu jiwa saya menjadi tenang, dan saya sadar kalau saya salah lalu Allah menunjuki saya.”

Saya teringat waktu itu adalah bertepatan dengan waktu saya duduk beristighfar kepada Allah. Lalu saya ingat sabda Nabi saw: “Barangsiapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah menjadikan  untuknya kelapangan dari setiap kesedihan, dan jalan keluar dari setiap kesempitan, dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak disangka.”

Ucapan Rasulullah saw itu benar.

**

Cerita di atas adalah cerita nyata dalam buku Keajaiban Sedekah dan Istighfar yang ditulis oleh Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam.

Kalau kita tarik benang merahnya sampai molor, peras intinya jadi santan, babat habis rumput sampai ke akar-akarnya (ini apalagi coba) maka:

1. Marahan sama istri mah wajar kali yah. Tapi ya tak usah lama-lama;

2. Kalau lagi marah ya jangan pergi ke diskotik dan tempat hiburan malam (nanti kena pajak, halah…). Khawatir ketemu NM, PR, ET, DN, MS, YR, STP, SKP, SPMKP,  dll. malah tambah keblangsak. (Jangan tanya saya inisial itu saya ngasal aja soalnya. Kalau tiga inisial terakhir semua orang pajak tahu. Hehehe…)

3. Kalau lagi marahan sama istri pergilah ke masjid. Supaya dapat “enlightment” gitulah.

4. Di sana bukan buat tidur, tapi zikir yang banyak (tidur juga kagak napa ding daripada ke diskotique.) Terutama istighfar diperbanyak. Minta ampun sama Allah. Sudah pasti kita mah banyak dosa. Istighfar itu tanda kita ini lemah dan takluk tak berdaya dengan kebesaran Allah. Tanda sombong dan ego kita sudah dititiknadirkan ke titik terbawah.

5. Obat galau ya perbanyak istighfar. Lagi sedih ya perbanyak istighfar.

6. Obat utang ya istighfar, tunggu keajaibannya dalam soal ini. Yakin.

7. Lagi kesempitan ya perbanyak istighfar.

Astaghfirullaahal ‘adziim 100x.

Semoga manfaat.

***
Kawanmu:
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
15 Desember 2015
Diedit di atas ketinggian 40.000 kaki.


Filed under: CATATAN SENIN KAMIS, Kisah Sederhana, Motivasi Tagged: Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam, istighfar, keajaiban istighfar, keajaiban sedekah dan istighfar, marahan sama istri, obat marah, obat utang

Tahun 2016, Wajib Pajak Harus Mewaspadai Ini

$
0
0

 


 

 

Dari banyak email yang masuk ke kotak surat atau kolom konsultasi pajak di blog saya, ada beberapa yang tanpa sungkan menanyakan tentang bagaimana caranya supaya penghasilan yang ia terima dari berbagai sumber tidak bisa terdeteksi oleh petugas pajak.

Kasarnya, supaya pajak yang dibayar bisa berkurang atau tidak bayar pajak sama sekali. Kalau untuk hal ini tentu saya tidak akan meladeninya bahkan menasihati supaya jangan melakukan hal itu.

Karena selain ongkosnya mahal kalau ketahuan, akan banyak hal tak menyenangkan yang dia alami sebagai Wajib Pajak tidak patuh. Apalagi di tahun 2016 nanti.

Ya, tahun 2016 segera tiba. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencanangkan tahun itu sebagai tahun penegakan hukum. Dalam menyambutnya, DJP sudah menyusun beberapa langkah strategis.

Beberapa di antaranya, DJP telah memiliki MoU dengan Kepolisian Republik Indonesia dan Kejaksaan Agung. Kerja sama itu antara lain dalam rangka pendampingan pada saat penagihan pajak. Upaya penyanderaan (gijzeling) beberapa waktu yang lalu menjadi contoh.

Selain itu, di pertengahan 2015 DJP telah mengadakan Rapat Kerja Teknis Penegakan Hukum yang mengumpulkan aparat penegak hukumnya dalam rangka konsolidasi dan penyamaan langkah.

Yang baru hangat pada pertengahan Desember 2015 ini adalah pelantikan lebih dari 170 pegawai DJP sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) oleh Pejabat Kementerian Hukum dan HAM.

Penegakan hukum besar-besaran di tahun 2016 merupakan kelanjutan dari Tahun Pembinaan Wajib Pajak di 2015. Tentunya bagi Wajib Pajak yang taat tahun 2016 bukan tahun yang menakutkan. Lain hal bagi Wajib Pajak sebaliknya, bahkan yang melakukan pengemplangan pajak.

Berikut beberapa hal yang akan masif dilakukan DJP terhadap para Wajib Pajak yang tidak taat, penunggak pajak, dan pengemplang pajak.

  1. Pemeriksaan

    Kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak dalam rangka menguji kepatuhan Wajib Pajak atau tujuan lain sesuai ketentuan perundangan. Produk hukum dari hasil pemeriksaan ini adalah bisa Surat Tagihan Pajak dan/atau surat ketetapan pajak. Pemeriksa sesuai wewenangnya dapat melakukan penyegelan.

     

  2. Surat Paksa

    Surat perintah kepada Wajib Pajak untuk membayar utang pajak sekaligus biaya penagihan dalam jangka waktu 2×24 jam. Surat ini dikeluarkan setelah diterbitkan surat teguran terlebih dahulu kepada Wajib Pajak.

     

  3. Pemblokiran Rekening

    Langkah DJP meminta bantuan kepada bank untuk memblokir rekening Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang masih memiliki utang pajak. Rekening simpanan itu dapat berupa giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan.

     

    Kerja sama erat DJP, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menjadikan upaya ini adalah tindakan penagihan paling efektif dalam pencairan utang pajak.

     

  4. Penyitaan Harta

    Ini dilakukan jika Wajib Pajak belum melakukan pelunasan utang pajaknya dalam jangka waktu 2×24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan kepadanya. Penyitaan dilakukan oleh jurusita pajak terhadap harta benda Wajib Pajak berupa harta bergerak atau tidak bergerak. Tanah, bangunan, perhiasan, uang tunai, piutang, penyertaan saham, surat berharga adalah beberapa contoh harta yang bisa disita.

     

  5. Pencegahan

    Ini merupakan larangan bepergian ke luar negeri untuk sementara terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak memiliki iktikad baik dalam melunasi utang pajaknya. Pencegahan ini diberlakukan selama 6 bulan dan dapat diperpanjang selama 6 bulan lagi. Jangan harap bisa piknik, pergi umrah atau haji karena petugas imigrasi sudah memiliki data-data Wajib Pajak yang akan dicegah.

     

  6. Gijzeling

    Gijzeling atau penyanderaan/paksa badan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan Wajib Pajak/Penanggung Pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu selama 6 bulan dan bisa diperpanjang 6 bulan berikutnya. Ini dilakukan jika Wajib Pajak diragukan iktikad baiknya dalam melunasi utang pajaknya. Pelaksanaan pencegahan dan penyanderaan bisa dilaksanakan secara bersamaan.

     

  7. Pemeriksaan Bukti Permulaan

    Pemeriksaan yang dilakukan petugas pajak terhadap Wajib Pajak untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan terjadi delik pajak. Bila delik pajak itu ditemukan maka pemeriksaan ini dapat ditindaklanjuti ke arah penyidikan.

     

  8. Penyidikan

    Dari temuan berdasarkan bukti permulaan dan indikasi adanya tindak pidana perpajakan, maka PPNS DJP akan melakukan penyidikan terhadap Wajib Pajak. Bila penyidikan usai, PPNS kemudian menyampaikan berkas perkara kepada Penuntut Umum dalam hal ini Kejaksaan Agung melalui penyidik Kepolisian Republik Indonesia.

     

    Penangkapan dan penahanan terhadap Wajib Pajak yang melakukan tindak pidana perpajakan ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan Kepolisian RI.

     

Buat Wajib Pajak, waspadalah. Mari, tetap menjadi Wajib Pajak yang patuh. Mengutip Prof. Dr. Muhammad Djafar Saidi, tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) saja adalah salah satu bentuk kejahatan di bidang perpajakan. Sekarang, sudahkah Anda melaporkan SPT?

 

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

19 Desember 2015

Sumber gambar: bestlawyers2013.blogspot.com

Tags: penyidik, ppns, penyidik pegawai negeri sipil, kejaksaan agung, Muhammad djafar saidi, tahun penegakan hukum, tahun pembinaan wajib pajak, gijzeling, pencegahan, penyanderaan, paksa badan, ppns djp


 


Filed under: Masalah Perpajakan

2015 in review

Viewing all 861 articles
Browse latest View live