![]()
You may realize it or not, but you were born with great gifts and talents.
Let’s see what you can do every day to unleash your potentials!
~~Someone.
Perjalanan saya ke Bandung pertengahan September lalu tak sia-sia. Selain bertemu banyak orang dalam sebuah Forum Grup Discussion, saya juga bertemu dengan satu lagi orang hebat di Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Petuahnya yang terngiang-ngiang di kepala saya membuat perbedaan pada hari minggu (4/10/2015) ini. Ya benar, pagi ini.
Dia pelari handal yang sering mengikuti even lari maraton. Terakhir adalah BII Maybank Bali Marathon 2015 di akhir Agustus lalu. Namanya Bambang Tejomurti. Pemeriksa pajak di Kantor Pelayanan Pajak Madya Bandung. Kesempatan bertemu dengannya saya manfaatkan betul untuk bertanya-tanya tentang pengalaman larinya. Tentunya juga konsultasi.
Salah satunya adalah konsultasi tentang bagaimana caranya bisa berlari 10K di bawah 1 jam. Saya tidak menanyakan bagaimana cara berlari 5K di bawah 30 menit, karena Alhamdulillah saya mampu melakukannya.
“Tetap pertahankan pace lari di bawah 6 menit per kilometer,” jawabnya. Pace adalah waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 1 kilometer. Semakin kecil angkanya semakin bagus. Oleh karenanya satuan waktunya adalah menit/kilometer. Busyet dah. Personal Best saya pada jarak 10K adalah 1 jam 5 menit.
Pace yang bisa saya dapatkan dalam jarak itu adalah di atas 6 menit/kilometer. Kalau saya berlari di bawah 6 menit per kilometernya—dan ini berarti berlari di bawah 1 jam—maka saya akan bisa menghemat waktu sampai 6 menit daripada Personel Best saya.
That is Impossible
for me! Itu bukan lari senyamannya saya. Itu mah lari ngos-ngosan. Tapi masalahnya adalah nasehatnya itu kepikiran terus oleh saya. Memang bisa? Harusnya bisa. Baiklah kalau begitu, itu perlu dicoba. Kapan? Nanti kalau sudah di Tapaktuan.
Minggu terakhir September saya berada di Bogor. Saya tidak lari, padahal trek lari di Rancamaya, Bogor menggoda saya. Saya pendam keinginan lari pekanan saya itu.
Dan awal Oktober saya sudah berada di Tapaktuan. Hari minggu tiba. Sudah 11 hari saya tidak lari. Pengen lari banget. Malam ahad saya tidur lebih awal. Carbo loading dengan singkong. Paginya, kok malasnya enggak ketulungan. Pengennya tidur dan leyeh-leyeh di hari minggu ini. Tapi malasnya itu saya tepis. No excuse for free athlete.
Setelah salat Shubuh berjamaah di masjid, baca Alquran barang seayat dua ayat, saya bangkit dan singkirkan sarung. Pakai baju tempurnya. Celana lari di bawah lutut, kaos manset, kaos kaki, sepatu lari, dan jam Garmin setia itu. Tak bawa duit dan handphone. Tidak pakai headset. Tiga yang terakhir ini bikin saya tidak nyaman lari saja. Saya fokus lari bukan cari hiburan.
Pemanasan tentunya hal yang teramat penting buat saya. Rutenya kali ini tetap ke arah timur Tapaktuan. Ke Batu Itam. Bismillah. And, Go!!! Di bawah 6 menit. Di bawah 6 menit. Di bawah 6 menit. Itu yang membara dalam jiwa.
Satu kilometer terlampaui. Dua kilometer juga. Tiga kilometer. Dan seterusnya. Saya tidak memacu kecepatan di kilometer-kilometer awal seperti biasanya. Yang penting pace tetap terjaga. Karena biasanya kalau dipacu di awal, di akhirnya malah yang payah.
Jam Garmin menunjukkan waktu di bawah 30 menit ketika jarak 5 kilometer terlampaui. Padahal ada satu gunung yang saya lewati, tentu ketinggiannya menguras tenaga tapi tetap bisa saya lampaui. Masih 5 kilometer lagi.
Di kilometer 6 dan 7 pace saya di atas 6 menit/kilometer. Tepatnya 6:06. Sudah mulai lelah. Saya pacu kembali kecepatan saya. Saya bisa! Saya bisa! Di bawah 6 menit! Di bawah 6 menit! Begitulah pemandu sorak berteriak-teriak di kepala saya.
Dua setengah kilometer terakhir memang berasa capeknya. Nafas sudah memburu. Garmin sudah kasih petunjuk waktu 45 menit. Kalau melihat waktunya saya optimis kalau saya mampu. Jika saya bisa mempertahankan pace 6 pas saja insya Allah tercapai.
Akhirnya kilometer 9 terlampaui dengan pace 5:42. Masih ada 8 menit tersisa untuk mengejar waktu 10K di bawah 1 jam. Saya dorong kaki saya. Saya ambil nafas panjang di kilometer terakhir ini. Saya seka keringat di kening saya. Saya bayangkan saya sedang menyelesaikan Hades Freeletics saya. Karena memang ngos-ngosannya berasa sama. Unleash your potential!
Masih 500 meter lagi ya Robb, 400 meter lagi, 300 meter lagi, 200 meter lagi. Nafas memburu. Garmin saya pantau terus di meter-meter terakhir itu. And finish!!! I did it!!! Amazing!!! Waktunya adalah 58 menit 5 detik. Lebih cepat 7,5 menit daripada Personal Best terakhir saya. Thanks Mas Bambang Tejomurti. Saya berhasil akhirnya. Memang tak ada yang mustahil di dunia ini.
![]()
Daftar pace dalam 10K hari ini.
Lao-Tzu pernah mengatakan, “A journey of a thousand miles begins with a single step.” Saya tak pernah membayangkan bahwa perjalanan ini sudah sampai di sini saja. Dulu 100 meter terasa berat berlari dengan membawa beban 78 kilogram diri saya ini. Nyawa terasa mau putus saja.
Alhamdulillah, Allah swt. kasih semuanya. Keinginan untuk berubah. Dan sebuah langkah kecil untuk memulainya. Mengenal Freeletics. Mengenal dunia. Dan mengenal sebuah perubahan.
Saya tak pernah lelah untuk mengajak orang buat berubah. Jika dengan ini saya bisa, maka saya yakin Anda pun bisa. Anda akan bisa lari 100 meter, 5K, 10K, 21K, lari 5K di bawah 30 menit, lari 10K di bawah 60 menit, dan insya Allah akan bisa juga Full Marathon.
Tak ada kata mustahil di sini. Because Impossible is nothing. Impossible is just a word! Mari berubah. Mari Freeletics. From Tapaktuan With Love.
![]()
Itu mes kami. Yang paling tengah. Yang atapnya pakai asbes itu.
***
Riza Almanfaluthi
dedaunan di ranting cemara
4 Oktober 2015
Filed under:
CATATAN SENIN KAMIS,
Foto,
freeletics,
Motivasi Tagged:
free athlete,
free athletes,
FREELETICS,
freeletics blog,
freeletics blogger,
freeletics cardio strength,
Freeletics For Beginner,
freeletics indonesia,
freeletics strength,
indorunners,
indorunners aceh,
lelarian sana sini,
running